You’ll Never Walk Alone: Pesan Suporter Celtic FC untuk Palestina di Laga UCL

Tribun Celtic FC bergema saat klub sepak bola itu melawan SK Slovan Bratislava di Liga Champions UEFA di Skotlandia, Kamis (19/9). Para suporter klub asal Skotlandia tersebut mengumandangkan pesan solidaritas untuk Palestina: “Mereka dapat menindas Anda. Mereka dapat memenjarakan Anda, tetapi mereka tidak akan pernah mematahkan semangat Anda.”

Tak hanya itu, para suporter Celtic FC juga membentangkan spanduk bertuliskan “Gaza, Jenin, Tulkarm, Nablus, ‘You’ll never walk alone.” Dalam laga tersebut, Celtic FC menghajar SK Slovan Bratislava dengan skor 5-1.

Solidaritas itu terjadi di tengah perang yang dilancarkan Israel. Berlangsung di Jalur Gaza, sejauh ini perang itu telah membunuh lebih dari 41.000 warga Palestina. Hampir setiap hari serangan militer Israel juga membombardir kota-kota dan desa-desa di Tepi Barat.

Green Brigade atau Brigade Hijau adalah kelompok suporter Celtic FC yang paling getol mendukung perjuangan Palestina. Kelompok ultras ini sering menunjukkan solidaritas untuk Palestina melalui spanduk, nyanyian, dan demonstrasi selama pertandingan.

Salah satu momen paling terkenal terjadi pada 2016. Ketika itu Green Brigade mengibarkan bendera Palestina selama pertandingan kualifikasi Liga Champions UEFA, saat melawan tim Israel, Hapoel Be’er Sheva. Tindakan tersebut membuat UEFA memberikan denda kepada Celtic, karena dianggap melanggar peraturan yang melarang pernyataan politik di pertandingan.

Sebagai respons terhadap denda tersebut, Green Brigade meluncurkan kampanye penggalangan dana bernama “Match the Fine for Palestine”. Gerakan ini bertujuan mengumpulkan uang dengan jumlah yang sama seperti denda yang ditetapkan, untuk disumbangkan ke lembaga amal Palestina. Kampanye ini dengan cepat melebihi targetnya. Dana yang berhasil dikumpulkan secara signifikan digunakan untuk mendukung proyek-proyek seperti bantuan medis dan bantuan fasilitas sepak bola di komunitas Palestina.

Akademi sepak bola Aida Celtic, yang berbasis di Kamp Pengungsi Aida di Beit Lahm di Tepi Barat yang diduduki oleh Israel, lahir dari inisiatif kelompok suporter ini.

Green Brigade terus menyuarakan dukungannya terhadap hak-hak Palestina di berbagai pertandingan. Sering kali suporter militan ini membawa spanduk bertuliskan “Bebaskan Palestina” atau mengibarkan bendera Palestina.

Pada 18 Mei 2018, di final Piala Skotlandia, Green Brigade membentangkan spanduk pada menit ke-70 untuk memperingati 70 tahun Nakba (bencana) dengan pesan “Akhiri genosida. Akhiri Zionisme.”

Setelah peluncuran Operasi Al-Aqsa Flood pada 7 Oktober, Green Brigade tetap aktif bersolidaritas untuk Palestina. Pada pertandingan melawan Kilmarnock di hari yang sama, mereka mengibarkan bendera Palestina, juga spanduk bertuliskan “Bebaskan Palestina. Kemenangan untuk Perlawanan!”

Pada 25 Oktober 2023, ribuan pendukung Celtic kembali mengibarkan bendera Palestina selama pertandingan Liga Champions UEFA melawan Atletico Madrid. Para suporter juga mendedikasikan lagu ikonik “You’ll Never Walk Alone” sebagai bentuk solidaritas kepada rakyat Gaza.

Celtic FC, klub sepak bola yang bermarkas di Kota Glasgow, Skotlandia, boleh dibilang merupakan salah satu klub tertua di dunia. Klub ini berdiri 1887 atau sudah berusia 137 tahun.

Celtic punya sejarah mulia. Klub ini berawal dari empati. Ya, empati. Jadi, di tahun 1880-an itu, banyak pengungsi Irlandia yang terlunta-lunta di Kota Glasgow. Bahkan banyak di antara mereka yang tercekik kelaparan.

Terpanggil oleh keadaan itu, klub ini berdiri. Tujuannya untuk menggalang dana, agar bisa menolong orang-orang yang terlunta-lunta dan kelaparan. Mulia sekali.

Sebagai klub yang lahir dari empati, tak salah jika DNA Celtic memang kiri. Mereka menentang imperialisme Inggris. Mereka selalu bersuara untuk bangsa-bangsa tertindas, termasuk Palestina.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Buku-buku yang Menggemparkan Hindia-Belanda

Buku-buku yang Menggemparkan Hindia-Belanda

Buku adalah senjata

Next
Kisah Suffragette dan Perjuangan Hak Pilih Perempuan

Kisah Suffragette dan Perjuangan Hak Pilih Perempuan

Awal abad ke-20, ketika perjuangan kaum perempuan untuk hak pilih mulai

You May Also Like
Total
0
Share