Lirik-lirik Perlawanan Tracy Chapman

Ingatan masa kecil adalah monumen kehidupan yang sulit dirobohkan. Begitu juga dengan Tracy Chapman, penyanyi progresif yang ngetop di tahun 1990-an.

Lahir di Cleveland, Ohio, 30 Maret 1964, Tracy kecil merasakan pahit-getirnya kehidupan. Orang tuanya bercerai ketika usianya baru 4 tahun. Tracy dan kakak perempuannya memilih ikut sang ibu, yang membesarkan anaknya dengan membanting-tulang sebagai pekerja berupah rendah.

“Aku sangat sadar perjuangan ibuku, yang menjadi orangtua tunggal dan perempuan kulit hitam yang berjuang membesarkan dua anaknya,” kenang Tracy, seperti dikutip Anthony DeCurtis dalam Tracy Chapman’s Black and White World di majalah RollingStone.

Tetapi Tracy kecil tidak hanya menyaksikan kemiskinan. Di Cleveland, kota tempat ia dilahirkan dan dibesarkan, rasisme dengan wajah bengisnya mensegregasi dan mendiskriminasi warga berkulit hitam.

“Ini adalah kota yang sangat terbelah secara rasial, di banyak tempat sekolah publik didesegregasi, lalu orang kulit putih protes dan menghentikan bus. Itu adalah waktu yang kontroversial. Kami selalu punya masalah. Guru tidak digaji dengan baik dan mereka mogok,” kenang Tracy, seperti dikutip Gary Younge dalam A Militant Mellows di Guardian.

Tetapi kemiskinan dan rasialisme tidak mencegat bakat Tracy untuk berkembang. Di usia masih balita dia sudah bersentuhan dengan musik. Di usia tiga tahun, ibunya memberi hadiah sebuah okulele. Dan di usia 8 tahun, dia sudah bisa menulis lagu dan bermain gitar.

Meski sejak kecil mendapat asupan isu politik dari ibunya, tetapi Tracy baru benar-benar mendalami isu-isu politik setelah mendapat beasiswa di Wooster School, sebuah sekolah kecil berhaluan progresif di Danbury, Connecticut. Slogan sekolah ini mirip dengan slogan yang dipopulerkan oleh Karl Marx: Ex Quoque Potestate, Cuique Pro Necessitate (Dari setiap orang menurut kemampuannya, menuju setiap orang sesuai kebutuhannya).

Tamat dari Wooster, dia mendaftar di Tufts University. Di sana, karena ketertarikannya pada isu-isu politik dan rasialisme, dia mengambil studi antropologi dan kajian Afrika. Di sela-sela kesibukan studinya, Tracy juga terus mengembangkan bakat musiknya. Kadang dia menyanyi di konser-konser sekolah. Kadang juga, demi penghasilan tambahan, dia menyanyi di kafe dan ngamen.

Tahun 1986, dia bertemu dengan Elektra Records. Di sinilah Tracy memulai karier musiknya di jalur industri. Setahun kemudian, album pertamanya berjudul “Tracy Chapman” langsung mengguncang dunia permusikan Amerika Serikat.

Lagu Fast Car, yang berkisah tentang perempuan pekerja miskin yang berusaha keluar dari lingkaran kemiskinan, langsung memuncaki tangga musik Amerika. Kemudian lagu “Baby Can I Hold You”, yang berkisah tentang cinta bertepuk sebelah tangan, juga populer di telinga penggemar musik Amerika dan Eropa.

Tetapi yang paling meledak adalah lagu “Talkin’ ‘bout a Revolution“, yang sangat politis dan membawa energi perlawanan. Di zamannya, lagu ini selalu menghuni 40 lagu terbaik di berbagai negara, termasuk Prancis dan Selandia Baru.

Di tahun itu juga Tracy tampil di peringatan 40 Tahun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia bersama Amnesty Internasional di London, Inggris. Kemudian di tahun yang sama, dia tampil di konser untuk Dirgahayu 70 Tahun Nelson Mandela di Wembley Stadium, Inggris. Dana yang terkumpul dari konser ini dipakai untuk mendanai perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan.

Di tahun 1989, dia melahirkan album keduanya, Crossroads, tetapi kurang populer dibanding album pertama. Tetapi, sebetulnya, album kedua ini lebih politis dan radikal. Di album kedua ini terselip lagu berjudul “Freedom Now”, yang dipersembahkan khusus untuk Nelson Mandela dan pejuang-pejuang kemanusiaan yang dipenjara. Kemudian ada lagu “Born To Fight”, yang penuh daya perlawanan.

Tahun 1990, saat Nelson Mandela berkunjung ke Amerika Serikat dan berpidato di Yankee Stadium, Tracy juga tampil dan menyanyikan lagu “Born To Fight”. Sekitar 200 ribu orang menghadiri acara itu dan meneriakkan “death to racism!”

Di tahun 1992, Tracy mengeluarkan album ketiganya, Matters of the Heart, yang lagi-lagi berisi kritik atas ketidakadilan, juga isu-isu feminisme. Lagunya berjudul “Woman Work”, yang bertutur tentang perempuan yang menjadi orangtua tunggal dan harus bekerja banting-tulang demi keluarganya.

Di tahun 1995, keluarlah album ketiga berjudul “New Beginning”, yang mengembalikan kejayaan Tracy di panggung musik dunia. Album ini terjual 5 juta kopi di Amerika saja. Lagu paling populer di album ini, Give Me One Reason, memenangi penghargaan Grammy di tahun 1997.

Di tahun 2000, album berjudul Telling Stories keluar. Tetapi kurang bergaung dibanding album-album sebelumnya. Kemudian disusul album Let It Rain (2002), Where You Live (2005), dan Our Bright Future (2008).

Sekarang, di usia yang tidak muda lagi, 60 tahun, Tracy masih terus berkarya. Dia masih aktif bernyanyi di berbagai kegiatan sosial, seperti kampanye anti-AIDS, kampanye Make Poverty History, dan lain-lain.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Kisah di Balik Pindahnya Ibu Kota ke Yogyakarta

Kisah di Balik Pindahnya Ibu Kota ke Yogyakarta

Sukarno membayangkan, setelah fasisme tumbang, lalu perang dunia berakhir, maka

Next
Sukarno dan Kenangan di Ende

Sukarno dan Kenangan di Ende

Sukarno dan Ende tidak bisa dipisahkan

You May Also Like
Total
0
Share