Selasa, 3 September 2024, Paus Fransiskus menginjakkan kakinya di bumi Indonesia. Tentu saja, sebuah kehormatan dan kebanggaan bagi bangsa Indonesia.
Selain menjadi simbol perdamaian dan persaudaraan universal, Paus Fransiskus juga dikenal dengan keberpihakannya pada kaum papa, memilih jalan hidup yang sederhana, dan sangat peduli pada kondisi lingkungan.
Berikut ini 10 kutipan Paus Fransiskus yang bisa menjadi perenungan sekaligus mata air inspirasi kita bersama:
Tentang kapitalisme:
- Hak asasi manusia tidak hanya dilanggar oleh terorisme, penindasan dan pembunuhan, tetapi juga oleh struktur ekonomi yang tidak adil dan menciptakan kesenjangan sosial yang sangat lebar.
- Saya kira, liberalisme ekonomi yang tidak terkendali hanya membuat yang kaya semakin kaya, sementara yang lemah semakin lemah, dan semakin menyisihkan mereka yang sudah tersisih.
- Manusia dan alam jangan sampai diperalat demi uang. Ayo, katakan tidak pada ekonomi yang menyingkirkan dan tidak adil, yang mana uang berkuasa, bukan pelayanan. Itu ekonomi yang membunuh. Ekonomi yang menyingkirkan. Ekonomi yang merusak ibu bumi.
Soal ketimpangan:
- Sementara pendapatan segelintir orang makin meningkat pesat, pendapatan mayoritas justru merosot. Ketidakseimbangan semacam ini lahir dari ideologi yang mendewakan pasar dan spekulasi keuangan, sehingga negara tidak bisa mengatur demi kepentingan bersama.
- Ini yang terjadi hari ini: kalau investasi di bank turun sedikit, maka itu disebut tragedi, dan apa yang harus dilakukan? Tapi jika orang mati kelaparan, tidak punya bahan makanan, dan kesehatan memburuk, itu dianggap bukan masalah. Inilah krisis yang sekarang.
- Saya akui, globalisasi telah membawa banyak orang keluar dari kemiskinan, tetapi juga membuat banyak orang lainnya mati kelaparan. Memang benar kekayaan global meningkat secara keseluruhan, tetapi ketimpangan makin besar dan kemiskinan yang muncul.
- Tidak cukup hanya menunggu beberapa (kekayaan) menetes setiap kali si miskin menggoyang gelas yang tidak pernah bisa menetes dengan sendirinya itu.
Tentang kolonialisme:
- Kolonialisme baru mengambil wajah yang berbeda. Kadang-kadang muncul dalam bentuk pengaruh mammon (kekayaan) yang tidak nampak: korporasi, lembaga pemberi pinjaman, perjanjian perdagangan bebas, dan kebijakan penghematan yang memaksa buruh dan si miskin mengencangkan ikat pinggang.
- Monopoli media komunikasi, yang memaksakan konsumerisme dan penyeragaman budaya, adalah bentuk lain dari kolonialisme baru (neokolonialisme). Ini adalah kolonialisme ideologi.
- Kolonialisme, baik yang lama maupun baru, hanya mereduksi negara miskin sekadar sebagai penyedia bahan baku dan tenaga kerja murah, hanya menimbulkan kekerasan, kemiskinan, memaksa orang jadi migran dan segala kejahatan yang berjalan beriringan hal itu.
Tentang keadilan sosial
- Tanpa solusi terhadap si miskin, kita tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah global. Kita butuh proyek, mekanisme, dan proses untuk distribusi sumber daya yang lebih baik, mulai dari penciptaan lapangan kerja baru hingga pemberdayaan orang-orang yang terpinggirkan.
- Membela si miskin itu ada di Injil, sudah menjadi tradisi dalam gereja. Ini bukan karena terpapar komunisme. Ini tidak akan menjelma dalam ideologi baru.
Tentang ekologi:
- Mengatakan bahwa sudah tidak ada harapan sama sekali akan sangat berbahaya, karena itu berarti membiarkan seluruh umat manusia, terutama yang paling miskin, menghadapi dampak terburuk dari perubahan iklim.
- Eksploitasi terhadap planet sudah melampaui batas yang bisa diterima. Dan kita belum menyelesaikan persoalan kemiskinan.
- Kita jangan lupa dampak sosial serius dari perubahan iklim. Yang paling menderita adalah mereka yang paling miskin. Jadi, masalah perubahan iklim adalah masalah keadilan dan juga solidaritas yang harus selalu terkait dengan keadilan. Ilmu pengetahuan dan teknologi memberi kita kekuatan yang belum pernah ada sebelumnya: jadi tugas kita untuk umat manusia, terutama bagi yang miskin dan generasi mendatang, untuk menggunakannya demi kebaikan bersama.