Kacamata Tokoh Pergerakan Indonesia

Kacamata menjadi bagian dari identitas kaum pergerakan Indonesia. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan yang merentang panjang, beberapa tokoh penting bahkan masih dikenang karena identik dengan kacamatanya yang khas. Mengenakan berbagai model kacamata, mereka terlihat sebagai sosok yang memiliki pemikiran tajam dan pandangan ke depan.

Model kacamata yang dipilih para tokoh pergerakan mencerminkan karakteristik pribadi, juga kecenderungan ideologinya. Tokoh seperti Mohammad Hatta dan Sukarno, misalnya, memiliki gaya kacamata yang berbeda.

Mohammad Hatta, proklamator sekaligus wakil presiden pertama RI, sering terlihat mengenakan kacamata bulat sederhana. Pilihan model kacamata ini mencerminkan kepribadiannya yang tenang, berpikir rasional, dan cenderung akademis. Hatta, yang dikenal sebagai pemikir dan ekonom, memilih kacamata bulat yang menggambarkan spektrum intelektualitas dan kedekatannya dengan dunia buku dan pendidikan.

Bagi Hatta, kacamata bukan sekadar aksesori, melainkan alat yang membantunya dalam menyusun strategi politik dan ekonomi untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Kacamata bulat ini kerap diasosiasikan dengan kaum intelektual dan akademisi yang berorientasi pada analisis mendalam serta pemikiran logis.

Sedangkan, Sukarno, presiden pertama Indonesia, memiliki gaya kacamata lain. Ia lebih sering terlihat mengenakan kacamata dengan bingkai tebal model persegi―yang memberikan kesan tegas dan karismatik. Pilihan model kacamata ini sejalan dengan kepribadian Sukarno yang penuh gelora semangat, orator ulung, serta pemimpin yang selalu siap berdialog dengan massa.

Kacamata tebalnya juga mencerminkan kekuatan ideologi yang ia perjuangkan, yakni nasionalisme, marhaenisme, dan anti-imperialisme. Gaya kacamata ini menjadi ikon tersendiri dalam penampilan Sukarno yang karismatik di berbagai panggung politik, baik di dalam negeri maupun dunia internasional.

Selain Hatta dan Sukarno, tokoh-tokoh pergerakan lain, seperti Tan Malaka dan Sutan Sjahrir juga memiliki pilihan kacamata unik. Tan Malaka, seorang tokoh revolusioner yang penuh kontroversi, sering terlihat mengenakan kacamata berbingkai tipis yang terlihat praktis. Gaya ini sesuai dengan kehidupannya yang kerap bergerilya dan berpindah-pindah. Pilihan kacamata Tan juga menggambarkan kepribadiannya yang penuh rahasia dan taktis.

Sementara, Sutan Sjahrir, yang dikenal sebagai intelektual dan pemikir humanis, mengenakan kacamata yang lebih modern dan gaya. Ini mencerminkan kedekatannya dengan ide-ide Barat dan filsafat liberal.

Pilihan model kacamata kaum pergerakan dalam sejarah Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu penglihatan. Tetapi juga sebagai simbol kepribadian, visi, dan gaya kepemimpinan. Model kacamata yang mereka pilih turut memperkuat citra diri di mata publik, sekaligus menjadi bagian dari warisan visual sejarah pergerakan nasional.

Melalui kacamata, kita tak sekadar melihat tampilan fisik kaum pergerakan. Lebih dari itu, kita juga menyorot ide, gagasan dan perjuangan mereka untuk mewujudkan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Jokowi dan Warisan Ketimpangan Ekonomi

Jokowi dan Warisan Ketimpangan Ekonomi

Pada 20 Oktober nanti, Presiden Joko Widodo akan mengakhiri masa jabatannya

Next
Pancasila di Persimpangan Jalan: Kritik atas Moralitas dan Penyelenggaraan Negara
Kongres Pancasila XII di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kredit foto: ugm.ac.id

Pancasila di Persimpangan Jalan: Kritik atas Moralitas dan Penyelenggaraan Negara

Kongres Pancasila XII bertema “Pancasila Nyawa Bangsa: Menghalau

You May Also Like
Total
0
Share