Proyek Blok Masela yang terletak di perairan Maluku menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat setempat, terutama para pemuda dan aktivis lingkungan.
Proyek migas, yang diperkirakan akan memproduksi 9,5 juta metrik ton LNG per tahun, gas pipa sebesar 150 juta kaki kubik per hari, serta 35.000 barel kondensat per hari itu, direncanakan menjadi lumbung energi nasional sekaligus menyokong perekonomian Indonesia.
Namun, di balik potensi ekonominya, muncul beragam isu yang mengundang perhatian bersama, mulai dari transparansi data hingga ancaman ekologis bagi lingkungan Maluku dan sekitarnya.
Potensi ekonomi di tengah kemiskinan Maluku
Blok Masela diharapkan mampu membuka lapangan kerja yang signifikan, terutama bagi masyarakat lokal yang selama ini bergantung pada sektor formal seperti pegawai negeri sipil (PNS), militer, atau pekerjaan di institusi negara lainnya. Proyek ini diprediksi akan mempekerjakan hingga 30 ribu orang selama tahap konstruksi.
Namun, kenyataan pahit harus dihadapi masyarakat Maluku yang masih menyandang status sebagai salah satu provinsi termiskin di Indonesia. Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita yang rendah, sebagian besar masyarakat memandang proyek Blok Masela sebagai peluang emas untuk memperbaiki taraf hidup.
Ancaman terhadap ekosistem Maluku
Di sisi lain, wilayah Maluku yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil di atas palung batu karang menghadapi risiko lingkungan yang besar. Studi okenografi menunjukkan bahwa aktivitas eksplorasi dan eksploitasi migas dapat memicu kerusakan pada terumbu karang dan biodiversitas laut. Selain itu, potensi gempa dan kenaikan air laut menambah kekhawatiran terhadap keberlanjutan ekosistem.
“Gempa sudah menjadi hal biasa di Maluku, terutama di Ambon. Jika eksplorasi ini terus berlanjut, dampaknya bisa berlipat ganda,” ujar seorang aktivis lingkungan dari Koalisi Masyarakat Kepulauan (KMK).
Tuntutan transparansi dan perlindungan lingkungan
Hingga saat ini, masyarakat lokal masih mempertanyakan kurangnya transparansi data mengenai kawasan serapan migas Blok Masela. Aktivis dan pemuda Maluku menyoroti pentingnya studi mendalam mengenai dampak ekologis dan sosial yang ditimbulkan oleh proyek ini.
“Kami tidak menolak pembangunan, tetapi kami ingin data yang jelas dan perlindungan terhadap lingkungan kami,” tambah aktivis tersebut.
Blok Masela memang membawa janji besar bagi ekonomi nasional dan masyarakat lokal, tetapi tantangannya pun tidak sedikit. Masyarakat dan berbagai pihak berharap pemerintah, bersama operator proyek, mampu menjembatani kepentingan ekonomi dengan menjaga keberlanjutan lingkungan Maluku.
Apakah harapan ini akan terwujud, atau Blok Masela hanya akan meninggalkan jejak kerusakan? Waktu yang akan menjawabnya.