Merdika.Id

Menyajikan analisis dan liputan mendalam terhadap berbagai isu sosial, politik, ekonomi, budaya, maupun internasional. Kami menggunakan sudut pandang yang kritis, jernih, dan berbasis data.

Ingin ikut berkontribusi memperkaya gagasan-gagasan kami, silahkan kirim artikel ke:

Redaksi Merdika.Id

Blueprint

A perfect balance of exhilarating flexiblity and the effortless simplicity of the Code Supply Co. WordPress themes.

The ultimate publishing experience is here.

Taylor Swift Dukung Kamala Harris, Apa Dampaknya?

Taylor Swift (Kredit foto: Inc./Getty Images)

Mendapat dukungan politik dari salah satu manusia terpopuler di planet ini, ibarat mendapat bongkahan berlian. Dan, itulah yang sedang dinikmati oleh calon presiden AS dari Partai Demokrat, Kamala Harris, setelah Taylor Swift mendeklarasikan dukungan terhadap dirinya.

Selasa (10/9), tak lama setelah debat capres AS, penyanyi Taylor Swift menyatakan dukungan pada Kamala Harris dan Tim Walz. Dukungan itu diunggah di akun Instagramnya. Per hari ini, postingan itu telah disukai 10,6 juta orang dan dibagikan 1,5 juta kali.

Tentu saja, dukungan Swift memberi dampak politik sangat besar. Hasil riset Morning Consult, sebanyak 53 persen orang dewasa di AS menyebut dirinya sebagai fans Swift. Dan, 16 persen di antaranya mengklaim diri sebagai “Swifties”―nama fandom penggemar Taylor Swift―sebagai penggemar garis keras (fanatik).

Postingan Taylor Swift di akun Instagramnya.

Mematahkan misinformasi Trump

Minggu-minggu sebelum dukungan itu, ada banyak spekulasi terkait sikap politik Swift. Banyak yang menduga ia bergeser mendukung Donald Trump.

Awalnya, Donald Trump mengunggah sejumlah gambar hasil manipulasi AI di akun Truth Social-nya yang mengesankan bahwa Swift dan penggemarnya mendukung dirinya. “Gerakan Swifties untuk Trump itu nyata!” tulis Trump di postingan tersebut.

Saat itu, tidak seperti Céline Dion hingga Beyoncé, Swift tidak menyangkal foto palsu tersebut. Ia bahkan tidak bereaksi sama sekali.

Beberapa saat kemudian, Swift malah muncul di US Open bersama mantan pemain sepak bola dan pemilik Kansas City Current, Brittany Mahomes. Publik tahu, Mohames dikenal sebagai pendukung Trump. Bahkan Trump sampai mengucapkan terima kasih atas dukungan Mohames. Ia menyebutnya sebagai “pembela yang keras”.

Trump sendiri langsung tantrum setelah mengetahui Swift justru mendukung Kamala Harris. Kepada Fox & Friends, Rabu (12/9), Trump menyebut Swift sebagai “orang yang sangat liberal”. Ia juga menyebut Swift akan selalu memilih siapa pun dari Partai Demokrat.

Sekutu terpenting Trump yang juga pemilik Tesla dan platform media sosial X, Elon Musk, juga langsung menjerit gempar. “Baiklah Taylor, kamu menang. Aku akan memberimu seorang anak dan menjaga kucing-kucingmu dengan nyawaku.”

Postingan Elon Musk itu menuai protes, dianggap “menjijikkan”, “misoginis”, dan “menyeramkan.”

Efek politik Swifties

Tentu saja, sebagai publik figur dengan basis penggemar yang sangat besar, dukungan politik dari Taylor Swift tentu luar biasa.

Caroline Leicht, cendekiawan tamu di University of Southampton, menulis di blog LSE tentang tiga kekuatan politik Swift.

Pertama, pernyataan politiknya berdampak pada keterlibatan politik, merujuk pada pengalaman sebelumnya pada kampanye negara bagian dan nasional yang menyebabkan lonjakan signifikan dalam pendaftaran pemilih.

Kedua, ketika Swift berbicara tentang politik, dia biasanya sangat spesifik. Dia kerap memberikan informasi politik kepada audiensnya, juga memicu penyadaran politik lewat isu-isu kunci dengan menyoroti kebijakan-kebijakan, dan membagikan pandangan para kandidat yang didukungnya.

Ketiga, setelah membina hubungan parasosial yang kuat dengan penggemarnya sepanjang kariernya, opininya memiliki bobot lebih. Teori hubungan parasosial menjelaskan, kedekatan yang dirasakan dengan seorang selebriti membuat penggemar lebih mungkin mengikuti rekomendasi mereka, termasuk dalam masalah politik dan pilihan suara.

Tak berselang lama setelah Swift mendeklarasikan dukungan, gelang persahabatan Harris-Walz bertema Swift langsung terjual habis. Antusiasme basis pendukung Haris-Walz seakan menemukan energi baru yang besar.

Pada 2020, Swift mendukung calon Demokrat, Joe Biden, bahkan mengunggah foto di media sosial dirinya memegang kue “Biden 2020”. Selain itu, pada 2020, ia juga mendukung Harris dalam debat melawan wakil presiden saat itu Mike Pence. Swift juga secara terbuka mengkritik Trump, mengatakan dia telah mengobarkan “api supremasi kulit putih dan rasisme.”

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Tiga Pendekatan Dunia terhadap Artificial Intelligence

Tiga Pendekatan Dunia terhadap Artificial Intelligence

Seperti juga penemuan-penemuan besar di masa lampau, dari penemuan api hingga

Next
5 Film Korea tentang Pergerakan Mahasiswa

5 Film Korea tentang Pergerakan Mahasiswa

Kita yang berjarak sangat jauh dari peristiwa sejarah perlu media untuk melihat

You May Also Like
Total
0
Share
Verified by MonsterInsights