Pengujung Oktober 1945, tepatnya tanggal 28, 29, dan 30 Oktober 1945, terjadi pertempuran sengit antara pemuda dan rakyat Indonesia melawan tentara sekutu di Surabaya.
Pasukan Inggris, yang berkekuatan sekitar 6.000-an prajurit, nyaris dilibas habis oleh pemuda dan rakyat Surabaya. Singkat cerita, demi menyelamatkan pasukannya, Inggris meminta Sukarno untuk turun tangan.
Sukarno, Hatta, dan Amir Sjarifoeddin pun diboyong ke Surabaya. Gencatan senjata disepakati. Dengan menumpangi jip, Sukarno berkeliling menyerukan gencatan senjata.
Pertempuran mereda, kecuali di depan gedung Internatio. Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby, komandan tentara Inggris kala itu, bersama Kontak Biro (pihak penghubungan Indonesia-Inggris), mendatangi gedung Internatio.
Pertempuran sempat mereda. Namun, ketika Kontak Biro masuk ke dalam gedung, tiba-tiba pertempuran pecah lagi. Dan, tiba-tiba granat menghantam mobil yang ditumpangi Mallaby.
Brigjen Mallaby ditemukan tewas. Hingga hari ini, penyebab kematian dan siapa pembunuhnya belum jelas. Berikut beberapa pendapat terkait peristiwa tersebut.
Versi tentara Inggris
Sejak awal Inggris menuding pemuda Indonesia sebagai dalang pembunuh Mallaby. Namun, tudingan itu tak didukung oleh bukti yang kuat.
Agak berselang lama, tepatnya 1970-an, J. G. A. Parrott membuat artikel ilmiah berjudul “Who Killed Brigiader Mallaby”. Artikel itu merujuk pada kesaksian Kapten R.C. Smith, tentara Inggris yang ada di sana saat kejadian.
Menurut Smith, saat itu Mallaby berkeliling Surabaya dengan bendera putih untuk mensosialisasikan gencatan senjata, sekaligus menyelamatkan pasukan Mahratta (pasukan gabungan India-Inggris) yang terpojok.
Ketika mobilnya mendekati gedung Internatio, ia dikepung banyak pejuang Indonesia. Khawatir komandannya ditembak, Mayor Venu K. Gopal, komandan tentara Inggris di dalam gedung Internatio, melepas tembakan ke udara.
Ternyata pejuang Indonesia mengira tembakan itu serangan. Terjadilah tembak-menembak. Berdasarkan kesaksian Smith, seorang pemuda Indonesia menembak Mallaby. Smith kemudian melemparkan granat ke arah pemuda itu. Granat itu menyebabkan jok belakang mobil Mallaby hancur.
Parrot sendiri tak menyimpulkan siapa pembunuh Mallaby: apakah tembakan pemuda itu atau lemparan granat.
Versi Soemarsono
Soemarsono adalah salah satu tokoh penting saat pertempuran Surabaya. Dia adalah pimpinan Pemuda Republik Indonesia (PRI), organisasi pemuda yang paling banyak menghimpun pejuang-pejuang dari kampung-kampung di Surabaya.
Menurut Soemarsono, Mallaby tertembak ketika baru keluar dari mobilnya saat hendak menuju gedung Internatio. Dia pun mengajukan tiga kemungkinan penyebab Mallaby.
Pertama, ia merujuk pada keterangan Muhammad Mangundiprojo, anggota Kontak Biro yang masuk ke gedung Internatio, bahwa kematian Mallaby karena tembak-menembak antara pejuang RI versus tentara Inggris di dalam gedung.
Kedua, keterangan para pemuda, bahwa Mallaby tertembak oleh tembakan tentara Inggris.
Ketiga, meminjam analisa Greg Poulgrain, dosen sejarah Indonesia di University of the Sunshine Coast, bahwa Brigjend Mallaby sengaja dibunuh oleh sekutu untuk mendapatkan dalih menjatuhkan hukuman/punishment (serangan militer) ke Surabaya.
Doel Arnowo, si pemegang kunci informasi
Doel Arnowo adalah tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang punya peranan penting saat Republik baru merdeka di Kota Surabaya. Saat itu dia menjabat sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) di Surabaya.
Saat kejadian itu, Doel Arnowo menjadi anggota Kontak Biro. Saat kejadian sore itu, Doel Arnowo dan Roeslan Abdoelgani sebagai anggota Kontak Biro datang ke gedung internatio. Niatnya mau mensosialisasikan gencatan senjata dan menghentikan pertempuran.
Namun, saat pertempuran pecah, Doel Arnowo dan Roeslan meloncat ke Kali Mas untuk berlindung. Saat itu, terdengar ledakan granat, dan seorang pemuda mendekat padanya.
Menurut pemuda itu, dia sudah menghabisi Brigjen Mallaby. Reaksi Doel Arnowo saat itu adalah menyuruh pemuda itu untuk tutup mulut. Setidaknya, hingga 1970-an, Doel Arnowo tidak pernah mengungkit cerita itu.
Pembunuhnya bernama Abdul Azis
Tahun 1980-an, seorang wartawan Harian Sore Surabaya Post, Amak Altuwy menulis artikel berjudul Kesaksian Saya Mengenai Terbunuhnya Brigadir Mallaby.
Altuwy menyebut nama seorang pemuda asal kampung Ampel, Abdul Azis sebagai pembunuh jenderal Inggris itu. Abdul Azil diketahui sebagai anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Mohammad Chotib, anak Abdul Aziz, kelak membenarkan klaim Altuwy itu. Chotib mendengar dari Azis, setelah membunuh Mallaby, dia melapor ke Doel Arnowo. Hanya, versi Chotib, Abdul Azis adalah anggota PRI, bukan TKR.
Beberapa sejarawan meyakini klaim Altuwy dan Chotib itu benar. Pemuda yang membunuh Mallaby, yang namanya dirahasiakan oleh Doel Arnowo, adalah Abdul Azis.
Cerita Des Alwi
Des Alwi juga menulis versi lain dalam bukunya, Pertempuran Surabaya, November 1945. Menurutnya, Mallaby tewas karena peluru yang salah sasaran (friendly fire) dari tentara Inggris sendiri.
Versi tersebut berdasarkan pengakuan Muhammad, seorang anggota Biro Kontak yang datang ke gedung Internatio untuk bernegosiasi dengan tentara Inggris.
Di dalam gedung Internatio, Muhammad melihat tentara Inggris menyiapkan mortir yang diarahkan pada kerumunan massa yang mengerumuni mobil Mallaby.