Pada Kamis, 9 Januari 2025, mantan Presiden Uruguay, Jose Mujica, menyatakan undur diri dari segala urusan politik maupun aktivisme sosial.
Untuk diketahui, politisi yang akrab dipanggil “El Pepe” itu dibekap penyakit kanker, yang menggerogoti kondisi kesehatannya. Ia pun terpaksa harus undur diri dari segala urusan publik dan banyak beristirahat.
“Saya ingin berpamitan dengan kawan-kawan seperjuangan dan rakyat saya. Yang saya minta hanyalah diberi ketenangan. Jangan ganggu saya dengan wawancara atau hal lain. Siklus hidup saya sudah berakhir sejak lama,” ujarnya, seperti dikutip TeleSur, Kamis (9/1).
Pepe Mujica, yang pernah dijuluki “presiden termiskin di dunia” oleh BBC pada 2012, menjadi Presiden Uruguay pada 2010-2015. Ia pernah menjadi buah bibir seantero dunia lantaran gaya hidupnya yang sangat sederhana.
“Jujur saja, saya sedang sekarat, dan seorang pejuang berhak untuk beristirahat,” kata Mujica, yang pernah menjadi gerilyawan marxis Gerakan Pembebasan Nasional Tupamaros (MLN-Tupamaros) dan mendekam dalam penjara isolasi selama 14 tahun.
Sejak 29 April 2024, Mujica divonis mengidap penyakit kanker kerongkongan (esofagus). Namun, pendiri partai kiri Frente Amplio ini tidak mau menjalani perawatan lebih intensif.
“Kanker di kerongkongan saya telah menyebar ke hati. Saya tidak bisa menghentikannya. Mengapa? Karena saya sudah tua dan memiliki dua penyakit kronis. Saya tidak memenuhi syarat untuk kemoterapi atau operasi karena tubuh saya tidak akan mampu menanggungnya,” jelasnya.
Pada 5 Desember 2024, Presiden Kolombia Gustavo Petro mengunjungi Mujica di rumahnya di pinggiran Kota Montevideo. Hari itu, Petro menyerahkan penghargaan Cruz de Boyacá, penghormatan tertinggi untuk warga sipil maupun militer dari pemerintah Kolombia.
“Selamat beristirahat, kawan Pepe, dan menuju kemenangan, selalu. Semoga Amerika Selatan kita memiliki satu nama: Amazon, dan semoga Amerika Latin memiliki satu lagu kebangsaan dalam persatuannya, seperti mimpimu. Para perwira Bolívar memberikan salut untukmu,” tulis Petro di akun X-nya.
Menurut Petro, dirinya punya jalan sejarah yang mirip dengan Mujica, yakni sama-sama pernah berjuang lewat jalan perjuangan bersenjata.
Pada usia muda, Petro adalah anggota gerilyawan marxis M-19. Ia menggunakan nama samaran “Aureliano”, yang meminjam nama salah satu tokoh dalam novel Gabriel Marquez, One Hundred Years of Solitude.
“Kami berdua akhirnya meletakkan senjata karena kami sadar bahwa perdamaian adalah hal paling penting sekaligus paling revolusioner dalam sebuah masyarakat,” ungkap Petro.
Frente Amplio, koalisi kiri yang pernah mengantarkan Pepe Mujica menjadi presiden, menyampaikan pesan solidaritas sebagai sesama kawan seperjuangan.
“Kami akan memelukmu hingga akhir, Pepe,” tulis akun resmi Frente Amplio disertai tagar #FuerzaPepe dan #FuerzaPresidente.
Gerakan Partisipasi Populer (Movimiento de Participación Popular atau MPP), salah satu partai dalam koalisi Frente Amplio sekaligus partainya Pepe Mujica, juga menyampaikan pesan solidaritas.
“Pepe yang terkasih! Kau selalu mengatakan akan terus berjuang hingga hari terakhir, dan kau telah memenuhi itu. Kami tahu kau akan terus melakukannya. Kami, gerakan politik MPP, akan memelukmu hingga akhir,” demikian ditulis akun resmi MPP di akun media sosialnya.
Dukungan solidaritas juga datang dari Presiden Brasil, Lula da Silva dan Presiden Bolivia, Luis Arce. Pada Desember lalu, Arce juga mengunjungi Pepe Mujica di rumahnya.
Pepe Mujica adalah ikon gerakan kiri di Amerika Latin dan seantero dunia selatan. Selain komitmen dan konsistensinya pada politik kiri, ia juga mengadopsi gaya hidup sederhana dan sangat merakyat.
Ia menikahi Lucía Topolansky, kawan seperjuangannya yang juga pernah dipenjara dan sekarang menjabat anggota senat di parlemen Uruguay.
Selama pemerintahannya, angka kemiskinan berkurang dari 12,7 persen menjadi 9,7 persen, sementara kemiskinan ekstrem dari 4,7 persen menjadi 0,3 persen. Uruguay adalah negara termakmur di Amerika selatan, dengan PDB per kapita sebesar USD 21,677 (tertinggi di Amerika selatan).