Partai-partai Kiri di Palestina

Hingga 1980-an, gerakan perlawanan di Palestina didominasi oleh kelompok sekuler, terutama kelompok nasionalis (Fatah) dan kiri-marxis.

Selain nama besar Yasser Arafat yang mewakili Fatah dari spektrum nasionalis kiri, ada nama tokoh-tokoh kiri yang cukup terkenal, seperti George Habash, Ghassan Kanafani, dan Leila Khaled.

Namun, sejak akhir 1980-an, terutama sejak kelahiran Hamas pada 1987, dominasi kelompok sekuler pelan-pelan semakin memudar. Puncaknya, pada pemilu 2006, kelompok nasionalis Fatah dan partai-partai kiri kalah oleh Hamas.

Mengalami pasang surut, terdapat berbagai partai kiri yang pernah mewarnai sejarah Negeri Para Nabi itu. Berikut partai-partai kiri di Palestina yang masih eksis hingga hari ini.

Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP)

PFLP berasal dari gerakan Harakat Al-Qawmeyon Al-Arab atau Gerakan Nasionalis Arab (ANM) yang berkembang pada 1960-an. Gerakan ini didirikan oleh Habash dan kawan-kawannya dari Universitas Beirut. Mereka mengusung Nasserisme dan gagasan sosialisme barat.

Tahun 1967, menyusul kekalahan negara-negara Arab dalam perang melawan Israel, Habash dan kawan-kawan merasa perjuangan jalan damai tak cukup. Mereka kemudian mendirikan partai yang lebih radikal, namanya: Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina PFLP.

Berdiri pada 1967, PFLP merupakan partai kiri berhaluan marxis-leninis. Pada awalnya, partai ini mengedepankan perjuangan bersenjata. Partai ini pernah menggemparkan dunia pada 1960-an dan 1970-an lewat aksi pembajakan pesawat.

Tahun 1975, partai ini juga bertanggung-jawab atas penyerbuan pertemuan OPEC di Wina, Austria. Sejak 1980-an, partai ini di bawah payung PLO dan mulai meniti jalan parlementer.

Namun, sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991 dan menguatnya kelompok islamis pasca Intifada pertama, popularitas dan pengaruh PFLP mulai menurun. Saat perjanjian Oslo diteken pada 1993, yang menempatkan Palestina sebagai pemerintahan terbatas untuk jalur Gaza dan Tepi Barat, PFLP berposisi menolak.

Hingga sekarang, PFLP masih menjadi kekuatan politik kiri terbesar di Palestina. Dalam lanskap politik Palestina, PFLP adalah kekuatan politik ketiga setelah Hamas dan Fatah.

Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (DFLP)

DFLP didirikan pada 1968 oleh seorang maois, Nayef Hawatmeh. DFLP merupakan pecahan dari PFLP. Nayef sendiri senang dengan panggilan “Nayef Zedong”.

Berbeda dengan PFLP yang menekankan aksi segelintir orang, DFLP mau menekankan perjuangan bersenjata dengan melibatkan massa. Sepanjang 1973-1980-an, organisasi ini aktif melakukan perjuangan bersenjata melawan Israel.

Sempat bergabung dengan PLO, DFLP menjadi lebih moderat. Dengan mengadopsi pendekatan Leninis tentang dua tahapan revolusi menuju sosialisme, mereka mulai menerima solusi dua negara.

Pada saat Intifada pertama, DFLP bersikap kritis terhadap posisi Fatah yang terus-menerus menekuni jalan damai. Lucunya, salah satu pimpinan DFLP, Yasser Abed Rabbo, justru getol membela politik Yasser Arafat. Situasi ini memicu konflik internal berujung perpecahan (split) antara faksi Hawatmeh versus Rabbo.

Namun, pasca perjanjian Oslo, DFLP kembali bergandengan dengan Fatah. Dan sejak itu pengaruh politik ini semakin mengecil. Di pemilu Palestina pada 2006, DFLP hanya mendapat satu kursi dan menempati urutan ke-6.

Partai Rakyat Palestina (PPP)

PPP punya akar sejarah yang panjang. Partai ini berasal dari dinamika gerakan komunis Palestina yang sudah ada sejak 1920-an. Induk tertua mereka adalah Partai Komunis Palestina (PKP) yang terbentuk pada 1923.

Namun, kiprah politik PKP tidak pernah membesar. Setelah berkali-kali mengalami perpecahan dan peleburan, pada 1982, pentolan komunis yang tercerai-berai bersepakat menghidupkan kembali Partai Komunis.

Pada 1987, partai ini bergabung dengan PLO. Dengan menerjemahkan marxisme-leninisme dalam konteks Palestina, PKP menganggap PLO sebagai sekutu borjuis nasional untuk menuntaskan revolusi pembebasan nasional.

Pada 1995, Partai Komunis berganti nama menjadi Partai Rakyat Palestina. Mereka tetap berpegang teguh pada ajaran marxisme. Hanya saja, pengaruh politik mereka lebih kecil.

Pada pemilu 2006, PPP hanya mendapat satu kursi dan menempati posisi keenam.

Perhimpunan Demokratik Palestina (FIDA)

Partai ini hasil pecahan dari DFLP. Yasser Abed Rabbo dan pendukungnya keluar dari DFLP dan mendirikan Perhimpunan Demokratik Palestina (FIDA). Dideklarasikan pada 1990, partai ini mengambil posisi yang lebih moderat.

Berbeda dengan kiri-kiri lainnya, FIDA lebih moderat dan lebih modern. Partai ini menerima solusi dua negara. Hanya saja, dalam sepak terjang politiknya, FIDA kurang populer.

Inisiatif Nasional Palestina (PNI)

PNI adalah partai baru yang didirikan oleh Mustafa Barghouti pada 2002. Kehadirannya bertekad menjadi “politik jalan ketiga” dari perseteruan dua kekuatan besar: Fatah versus Hamas.

PNI memperjuangkan negara Palestina yang merdeka dan demokratis. Dalam bayangan mereka, teritori Palestina adalah wilayah Palestina sebelum pendudukan Israel 1967 dan ibu kotanya adalah Yerussalem.

Namun, dalam perkembangannya, PNI tidak berkembang menjadi kekuatan politik yang signifikan. Partai ini hanya punya dua wakil di parlemen Palestina.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Kartini, Pembatik dan Duta Batik Pertama

Kartini, Pembatik dan Duta Batik Pertama

Kartini adalah manusia multitalenta

Next
Harmoni Selera Musik dalam Gerakan Aktivis

Harmoni Selera Musik dalam Gerakan Aktivis

Selera musik di kalangan aktivis sangat beragam, mencerminkan latar belakang,

You May Also Like
Total
0
Share