Javier Zanetti dan Zapatista

Kalau kamu penggemar Seri-A, terlebih-lebih pendukung Intenazionale Milano alias Inter Milan, tentu tak asing dengan nama yang satu ini: Javier Zanetti.

Bintang sepak bola kelahiran Argentina ini tak hanya dikenal sebagai palang tangguh di lini belakang. Sebagai legenda besar Inter Milan, dia juga dikenang atas sikap dan aksi politiknya.

Aksi Zanetti yang sangat dikenal adalah saat secara terbuka memberikan dukungan kepada gerakan revolusioner di Meksiko, Tentara Pembebasan Nasional Zapatista (EZLN).

Pada 1994, ketika Zanetti baru berusia 20 tahun dan masih bermain di klub lokal Banfield di Buenos Aires, Argentina, EZLN memberontak terhadap rezim neoliberal di Meksiko. Tentu saja, dia mendengar kabar itu.

Hari itu, 1 Januari 1994, bertepatan dengan berlakunya Kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA), 3.000-an gerilyawan EZLN mengambilalih Kota San Cristobal de las Casas dan lima kota lainnya di negara bagian paling selatan Meksiko, Chiapas.

Mereka menentang agenda neoliberalisme yang menunggangi NAFTA. Mereka juga menggugat agenda redistribusi tanah yang terhenti di tangan rezim berkuasa kala itu, Partai Revolusioner Institusional (PRI).

Zapatista, nama yang disandang oleh pejuang-pejuang revolusioner ini, diambil dari nama pejuang revolusioner Meksiko, Emiliano Zapata. Tahun 1910, Zapata memimpin kaum tani melancarkan revolusi Meksiko.

Memang, setelah pemberontakan 1 Januari itu, EZLN langsung digebuk pemerintah Meksiko. Mereka digempur dengan berbagai persenjataan berat. Mereka terpaksa menyingkir ke pegunungan Lacandon.

Tahun 1995, EZLN berhasil mencapai kesepakatan dengan pemerintah―disebut The San Andrés Accords―yang menjamin otonomi masyarakat adat di Chiapas.

Tetapi perjanjian itu tak banyak memberi napas kepada Zapatista untuk mengelola wilayah otonominya dengan tenang dan aman. Patroli dan serangan militer kerap menerobos teritori yang dikontrol Zapatista.

Lebih parah lagi, pemerintah membentuk kelompok paramiliter. Mereka merekrut warga sipil dan masyarakat adat pendukung pemerintah. Lalu, dari hari ke hari, tahun ke tahun, paramiliter ini melancarkan teror dan pembunuhan di wilayah otonomi EZLN.

Beruntung, di tengah jepitan itu, EZLN tetap bisa berbicara dan berseru ke berbagai belahan dunia. Surat-surat dan komunike mereka mengalir dalam bentuk elektronik ke berbagai belahan dunia. Pesan-pesannya menyebar luas di internet.

Seperti ditulis Naomi Klein di Guardian, Unknow Icon, setidaknya ada situs terkait Zapatista atau EZLN di internet. Situs-situs itu menyebar di sekitar 26 negara. Selain itu, komunike-komunike Marcos tersedia dalam 14 bahasa. Itu terjadi di tahun 2001, entah sekarang.

Zanetti, yang sudah bermain di Inter Milan, termasuk salah satu orang yang aktif mengikuti perkembangan Zapatista. Dia kerap membaca komunike-komunike yang ditulis oleh juru bicara EZLN, Subcomandante Marcos.

Tahun 2004, salah satu basis EZLN di Chiapas, Zinacantán, diserang oleh militer. Banyak rumah dan fasilitas umum masyarakat adat yang dibakar. Kejadian ini terdengar oleh Zanetti.

Dari kota Milan, Italia, Zanetti mengirim sepucuk surat untuk EZLN disertai uang sebesar €2,500. 

 “Kami percaya pada dunia yang lebih baik, yang tak terglobalisasi, yang diperkaya oleh beragam budaya dan tradisi. Itulah mengapai kami mendukung perjuanganmu agar tetap kokoh mengejar cita-citamu,” tulis Zanetti.

Tak berselang lama, sebuah surat balasan dari Zapatista tiba di markas Inter Milan. “Kami tahu, kami tidak sendiri di jalan perjuangan ini,” demikian bunyi surat balasan itu. Surat itu disertai permintaan agar pemain Inter Milan mau berkunjung ke hutan Lacandon di Chiapas.

Sesuatu yang tak terduga terjadi. Dukungan Zanetti pada Zapatista justu mendapat sambutan positif dari petinggi-petinggi Inter Milan: Bruno Bartolozzi dan Massimo Moratti.

Tentu saja ini tak terbayangkan. Massimo Moratti, sang pemilik Inter, adalah seorang baron minyak ternama di Italia. Keluarga Moratti adalah bagian dari oligark yang berkuasa di Italia. Moratti mewarisi kekayaan orangtuanya.

Sementara Inter Milan, yang berdiri sejak 1908, dikenal sebagai klub sepak bola yang condong ke sayap kanan. Pendukung Inter sering dipanggil bauscia, yang berarti borjuis, karena sebagian besar berasal dari kalangan menengah atas kota Milan.

Ini berbeda dengan rival sekotanya, AC Milan, yang justru akrab dengan kelas menengah ke bawah. Pendukung Milan sering dipanggil casciavit alias obeng, karena sebagian besar berasal dari kelas pekerja.

Pada Juni 2004, Bruno Bartolozzi mewakili Inter Milan mengunjungi salah satu desa yang dikontrol oleh Zapatista, Caracol de Oventic, untuk mengantarkan sumbangan dari klub. Sumbangan itu untuk memperbaiki rumah warga dan saluran air yang rusak.

Bruno Bartolozzi menyerahkan sumbangan dari Inter Milan kepada EZLN, di caracol Oventic, Chiapas

“Kami membaca di surat kabar Meksiko tentang serangan ini. Kami ingin membantu. Bukan dengan uang dalam jumlah besar, tetapi dukungan berkelanjutan,” kata Bartolozzi, seperti dikutip Guardian, 19 Oktober 2004.

Belakangan, Inter juga menyumbang €5,000, satu ambulans, dan jersey asli Javier Zanetti untuk membantu pemulihan basis-basis Zapatista.

Kok bisa seorang bintang sepak bola mendukung kelompok gerilyawan berhaluan kiri?

Zanetti lahir dari keluarga kelas pekerja di Buenos Aires, Argentina, pada 10 Agustus 1973. Ia beranjak dewasa di tengah pemukiman kelas pekerja dan kaum miskin kota Dock Sud, Buenos Aires.

Zanetti sangat religius. Dia seorang Katolik sejati. Soal kesalehan ini, Zanetti bahkan berhasil mengubah teman setimnya, Wesley Sneijder, menjadi Katolik. Sebagai Katolik di gereja-gereja Amerika Latin di tahun 1970-an dan 1980-an, tentu tak sulit bertemu dengan gagasan-gagasan Teologi Pembebasan.

Di masa-masa itu, di Argentina, marxisme, nasionalisme kiri Peronisme, dan Teologi Pembebasan bercampur-baur menjadi senjata pembebasan. Di Argentina, berkembang Gerakan Imam untuk Dunia Ketiga, atau Movimiento de Sacerdotes para el Tercer Mundo, yang mendukung perjuangan pekerja dan kaum miskin.

Soal keberpihakan terhadap si miskin, Zanetti sangat memegang teguh pandangan itu. Di Argentina, bersama istrinya, Paula, dia mendirikan yayasan amal bernama Fundacion PUPI. Yayasan ini membantu anak-anak dari keluarga miskin dan kurang mampu.

“Ini upaya untuk memberikan masa depan yang lebih baik bagi banyak anak,” kata Zanetti.

Zanetti, yang bermain 858 kali untuk Inter dan 145 kali untuk Timnas Argentina, dikenang sejarah sebagai salah satu pemain tangguh di lini belakang.

Di luar lapangan hijau, dia pun dikenang sebagai pendukung gerilyawan kiri dan pembela kaum miskin.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
AK Ganie, Raja Penyelundup Pendukung Revolusi Indonesia

AK Ganie, Raja Penyelundup Pendukung Revolusi Indonesia

Dalam jajaran pejuang kemerdekaan, nama AK Gani tak begitu berkibar

Next
Sukarno: Nasionalismeku adalah Perikemanusiaan, Apa Hebatnya?

Sukarno: Nasionalismeku adalah Perikemanusiaan, Apa Hebatnya?

Kata-kata Sukarno yang menyitir Mahatma Gandhi, nasionalismeku adalah

You May Also Like
Total
0
Share