Pada Desember 1971, John Lennon dan Yoko Ono merilis lagu ikonik Happy Xmas (War Is Over). Lagu ini, awalnya ditujukan sebagai protes terhadap Perang Vietnam, perlahan menjelma menjadi salah satu lagu Natal paling berkesan sepanjang masa.
Perjalanannya, dari seruan perdamaian hingga perayaan kasih, menjadi cerminan kekuatan seni untuk membawa pesan universal.
Awal Mula: Protes Melawan Perang
Pada akhir tahun 1969, dunia diguncang oleh konflik Perang Vietnam yang kian memanas. Meskipun gelombang protes besar-besaran terjadi di Amerika Serikat dan Eropa, perang itu sendiri belum menunjukkan tanda-tanda berakhir. Saat itu, Amerika Serikat telah kehilangan lebih dari 40.000 tentaranya, sementara jutaan nyawa sipil Vietnam menjadi korban.
John Lennon dan Yoko Ono, yang dikenal sebagai aktivis anti-perang, merasa perlu berbuat lebih untuk menggugah kesadaran publik. Antara Maret hingga Juni 1969, mereka menggelar aksi “Bed-ins for Peace” di Amsterdam dan Montreal.
Dalam aksi ini, pasangan selebritis tersebut duduk di tempat tidur hotel selama beberapa hari, mengundang media untuk meliput dan menyuarakan pesan perdamaian. Meski menarik perhatian, aksi tersebut tidak cukup untuk menghentikan perang.
Di penghujung tahun 1969, Lennon menyusun strategi baru. Tepat menjelang Natal, ia menyewa papan reklame besar di 12 kota dunia, termasuk New York, Tokyo, London, dan Paris. Pesan yang terpampang sederhana namun kuat: “WAR IS OVER! If You Want It – Happy Christmas from John & Yoko”.
Tujuannya jelas: mengalihkan perhatian orang pada perang ketika semua sedang bersiap-siap menyambut Natal.
Lahirnya Lagu Anti-Perang
Dua tahun setelah kampanye papan reklame itu, Lennon dan Ono mengembangkan pesan “War Is Over” menjadi sebuah lagu.
Happy Xmas (War Is Over) dirilis pada Desember 1971, dengan aransemen yang sederhana namun penuh emosi. Lagu ini juga melibatkan Harlem Community Choir, memberikan nuansa hangat dan menyentuh yang selaras dengan semangat Natal.
Liriknya, yang menggabungkan seruan perdamaian dengan harapan Natal, berbunyi:
“So this is Christmas / And what have you done? / Another year over / And a new one just begun…”
Pesan ini bukan hanya refleksi, tetapi juga ajakan untuk bertindak dan menciptakan dunia yang lebih baik.
Inspirasi dari Slogan Lama
Meskipun slogan “War Is Over” telah melekat dengan Lennon, gagasan ini bukan sepenuhnya baru. Phil Ochs, seorang penyanyi folk, sudah merilis lagu berjudul War Is Over pada tahun 1968.
Selain itu, band The Doors juga memasukkan lirik “Wait until the war is over” dalam lagu The Unknown Soldier. Namun, Lennon berhasil membawa slogan ini ke tingkat yang lebih luas dengan menggabungkannya dengan suasana Natal yang penuh harapan.
Transformasi Menjadi Lagu Natal Ikonik
Awalnya, Happy Xmas (War Is Over) adalah lagu protes. Namun, nada dan liriknya yang optimis membuatnya diterima sebagai lagu Natal. Hal ini terjadi seiring waktu, saat pesan anti-perang di dalamnya mulai dianggap sebagai seruan universal untuk cinta dan perdamaian—nilai-nilai yang selaras dengan semangat Natal.
Hingga kini, lagu ini sering diputar selama musim liburan, bergabung dengan deretan klasik Natal seperti Silent Night atau Jingle Bells. Popularitasnya bahkan melampaui era Lennon, dengan berbagai versi baru yang dinyanyikan oleh artis-artis seperti Celine Dion, Miley Cyrus, dan Sarah McLachlan.
Harga Perang dan Makna Perdamaian
Perang Vietnam, yang berlangsung dari 1955 hingga 1975, menelan korban jiwa lebih dari 3 juta orang, termasuk 2 juta warga sipil Vietnam.
Selain itu, lebih dari 500.000 tentara Amerika mengalami trauma fisik dan psikologis, menimbulkan dampak panjang bahkan setelah perang berakhir. Dalam konteks ini, Happy Xmas (War Is Over) bukan hanya lagu, tetapi juga pengingat akan pentingnya perdamaian.
Sementara itu, dampak lagu ini terus terasa hingga kini. Menurut laporan Spotify tahun 2022, Happy Xmas (War Is Over) menjadi salah satu dari 50 lagu Natal yang paling sering didengarkan di platform tersebut.
Happy Xmas (War Is Over) adalah bukti bahwa seni, terutama musik, memiliki kekuatan untuk menggerakkan perubahan. Apa yang dimulai sebagai seruan anti-perang kini menjadi lagu Natal yang membawa pesan universal: dunia yang damai adalah pilihan kita semua. Seperti kata Lennon, “War is over, if you want it.” Mari menjadikan Natal sebagai momentum untuk merajut kasih dan perdamaian.