Merdika.Id

Menyajikan analisis dan liputan mendalam terhadap berbagai isu sosial, politik, ekonomi, budaya, maupun internasional. Kami menggunakan sudut pandang yang kritis, jernih, dan berbasis data.

Ingin ikut berkontribusi memperkaya gagasan-gagasan kami, silahkan kirim artikel ke:

Redaksi Merdika.Id

Blueprint

A perfect balance of exhilarating flexiblity and the effortless simplicity of the Code Supply Co. WordPress themes.

The ultimate publishing experience is here.

10 Slogan Politik Terbaik dalam Sejarah

Aksi massa mengusung poster bertuliskan: Liberte, Egalite, Fraternite (Kredit foto: The Intercept)

Kata-kata bisa menggugah dan menggerakkan orang. Dalam politik, kita mengenal slogan. Kata-kata adalah senjata, sebut pemimpin Zapatista, Subcomandante Marcos.

Slogan adalah frase atau kalimat pendek yang sederhana dan gampang diingat, tetapi mengandung ide kuat untuk menjelaskan tujuan atau program politik.

Dalam derap langkah massa mengubah sejarah dunia, lewat aksi-aksi revolusi yang berani, peranan slogan sungguh luar biasa. Bukan sekadar penghias poster, coretan dinding, atau pekikan saat berpidato, slogan bisa memikat massa untuk bergerak dan berlawan.

Berikut ini 10 slogan politik paling kuat dalam sejarah:

  • Liberté, égalité, fraternité. Dalam bahasa Indonesia berarti kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan, ini adalah slogan politik di masa revolusi Prancis. Konon slogan ini diciptakan oleh Camille Desmoulins, seorang jurnalis dan politisi, pada 1790. Namun, Maximilien Robespierre, seorang ahli hukum yang tampil sebagai pemimpin revolusi, mempopulerkan slogan itu.
  • Bread and roses atau “roti dan mawar”. Ini adalah slogan yang terinspirasi dari orasi politik Helen Todd, seorang feminis dan aktivis buruh, dalam sebuah aksi pada 1910. James Oppenheim, seorang penyair dan penulis novel, menerjemahkan kata-kata “bread and roses” dari Helen itu menjadi puisi. Sejak itu, aksi mogok buruh maupun perjuangan demokrasi kerap menggunakan slogan ini.
  • Peace, land, and bread (perdamaian, tanah, roti) adalah slogan yang dipopulerkan oleh kaum revolusioner pada revolusi Rusia 1917. Lenin disebut sebagai pencipta slogan ini. Meski hanya tiga kata, tetapi slogan ini mewakili tuntutan rakyat Rusia kala itu. Mereka jenuh dengan perang, sangat marah kepada feodalisme atau kekaisaran Rusia, dan ancaman kelaparan.
  • Eat the rich. Slogan yang identik dengan gerakan anti-kapitalisme ini, konon berasal dari filsuf Jean-Jacques Rousseau. Slogan ini dipergunakan saat revolusi Prancis dan banyak digunakan oleh gerakan anti-kapitalis hingga sekarang.
  • Make love, not war. Slogan ini sangat populer saat meletup gerakan protes menentang perang Vietnam pada 1960-an. Konon, slogan ini digunakan pertama oleh Diane Newell Meyer, seorang aktivis mahasiswa di Oregon, dalam protes anti-perang pada 1965. John Lennon berkontribusi mempopulerkan slogan ini pada 1970-an lewat lagu: Make Love, Not War.
  • ¡El pueblo unido, jamás será vencido!. Populer di Indonesia menjadi pekik “Rakyat bersatu tak bisa dikalahkan”, slogan ini berasal dari lagu perjuangan dengan judul sama, yang diciptakan oleh Sergio Ortega. Slogan ini populer pada awal 1970-an, saat masa kampanye sosialis yang mengusung Salvador Allende sebagai calon presiden Chile.
  • Sí, se puede, atau “Ya, kita bisa”, merupakan slogan yang diperkenalkan oleh aktivis Serikat Pekerja Pertanian (United Farm Working, 1970), Dolores Huerta. Slogan ini juga dipakai untuk mendukung perjuangan Cesar Chavez yang sedang menggelar aksi mogok makan.
  • Merdeka atau mati. Memiliki kemiripan dengan slogan di Amerika Latin: Patria o muerte! (Tanah air atau mati!), ini merupakan slogan yang populer saat revolusi nasional mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada 1945.
  • Yes, we can. Ini merupakan slogan yang dipopulerkan oleh Barack Obama saat kampanye pilpres AS pada 2018. Kita tahu, Obama berhasil memenangkan pemilu di tahun itu. Namun, Obama mengakui kalau slogan itu terinspirasi dari slogan Sí, se puede saat perjuangan Cezar Chavez.
  • Hasta la victoria siempre. Slogan ini lekat dikaitkan dengan revolusi Kuba dan kabarnya digunakan pertama kali oleh Che Guevara melalui suratnya kepada Fidel Castro, pada 1965. Tidak lama setelah mengirim surat itu, Che Guevara terbunuh di Bolivia.
Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Merahnya Legenda Liverpool

Merahnya Legenda Liverpool

Bill Shankly, yang lahir pada 2 September 1913, adalah founding father

Next
Gagasan Republikanisme Abad 21

Gagasan Republikanisme Abad 21

Kita kini hadir dan hidup di tengah zaman baru

You May Also Like
Total
0
Share