Di tengah derasnya arus media sosial dan konten digital, rilis pers masih jadi salah satu alat komunikasi paling ampuh. Ia tetap dipercaya karena sifatnya yang resmi, padat, dan bisa langsung menyasar media arus utama.
Namun kenyataannya, banyak rilis pers yang justru gagal total—penuh jargon, tidak jelas, dan membosankan. Alih-alih menarik perhatian, sebagian besar malah langsung dihapus oleh redaksi sebelum dibaca sampai tuntas.
Padahal, membuat rilis pers yang efektif tidak perlu rumit. Yang dibutuhkan hanyalah strategi komunikasi yang tepat, penulisan yang jernih, dan distribusi yang cermat. Berikut panduan praktis untuk berbagai jenis organisasi agar rilis pers yang kamu kirim bisa benar-benar dibaca dan berdampak.
Kenali Siapa Target Audiensmu
Sebelum mulai menulis, tanyakan: siapa yang akan menerima rilis ini?
Jika kamu menyasar media, maka yang perlu kamu yakinkan adalah para jurnalis. Mereka menerima puluhan bahkan ratusan rilis setiap hari. Jadi mereka akan sangat selektif dan hanya memilih berita yang:
- Layak diberitakan (newsworthy)
- Relevan dengan audiens mereka
- Punya nilai aktual, dampak, atau cerita yang kuat
- Fokuskan pesanmu untuk menunjukkan kenapa rilismu penting dan layak diberitakan.
Buat Judul yang Jelas dan Menarik
Judul adalah pintu utama. Jika tidak menarik, isi sebagus apa pun akan dilewatkan. Tips membuat judul:
- Maksimal 80 karakter (agar ramah media sosial)
- Tampilkan inti berita: apa yang terjadi dan kenapa penting
- Gunakan kata kerja aktif
- Hindari jargon dan frasa kosong seperti “inovatif”, “revolusioner”, atau “solusi terdepan”
Contoh buruk: “Lembaga Hayati Gelar Workshop Nasional”
Contoh baik: “Lembaga Hayati Latih 500 Petani Muda Hadapi Krisis Iklim”
Paragraf Pertama: Langsung ke Inti
Anggap paragraf pertama sebagai versi mini dari seluruh berita. Ini bagian paling penting setelah judul. Isinya harus menjawab:
- Siapa yang membuat pengumuman?
- Apa yang diumumkan?
- Mengapa penting?
- Kapan dan di mana kejadiannya?
Bayangkan kamu hanya punya waktu 10 detik untuk meyakinkan editor media. Jangan bertele-tele. Jika pembaca tidak tertarik di sini, mereka tidak akan lanjut.
Isi yang Ringkas tapi Informatif
Setelah pembukaan yang kuat, lanjutkan dengan isi yang lebih detail. Gunakan struktur piramida terbalik: informasi paling penting dulu, lalu detail pendukung.
- Latar belakang peristiwa atau inisiatif
- Kutipan dari pejabat, pimpinan, atau pihak yang relevan
- Data atau angka yang mendukung
- Dampak konkret terhadap masyarakat atau sektor terkait
Gunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami. Hindari penjelasan teknis yang rumit jika tidak penting bagi konteks berita.
Tambahkan Boilerplate
Boilerplate adalah bagian pendek di akhir rilis yang menjelaskan siapa kamu. Meski sering diabaikan, ini penting untuk memberikan konteks pada pembaca. Isi boilerplate yang baik mencakup:
- Apa yang organisasi kamu lakukan
- Tahun berdiri dan fokus utama
- Info kontak, website, dan akun media sosial
Panjang ideal: maksimal 100 kata. Singkat, tapi informatif.
Distribusikan ke Kanal yang Tepat
Rilis pers yang bagus pun akan sia-sia kalau tidak sampai ke tangan yang tepat. Beberapa tips distribusi:
- Kirim langsung ke wartawan atau redaksi yang relevan dengan topikmu
- Gunakan jaringan media yang kamu kenal
- Jangan hanya unggah di website atau medsos, kecuali kamu sudah punya pengaruh besar
- Pertimbangkan layanan distribusi profesional jika perlu
- Pastikan daftar kontakmu selalu diperbarui dan sesuai dengan bidang masing-masing media.
Pilih Waktu yang Tepat
Timing sangat penting. Rilis di waktu yang salah bisa membuat berita kamu tenggelam. Bayangkan, di Indonesia, hanya untuk portal-portal media besar, jumlah berita yang berselieran setiap hari mencapai puluhan ribu. Dan kami harus muncul di tengah puluhan ribu berita itu.
- Kirim di hari kerja, idealnya Selasa–Kamis
- Hindari Jumat sore atau malam hari
- Untuk isu ekonomi atau politik, pertimbangkan kalender nasional atau momen besar lain
- Hindari tabrakan dengan agenda media besar (misalnya debat capres atau acara kenegaraan yang penting)
Evaluasi dan Belajar dari Hasil
Setelah rilis dikirim, ukur hasilnya. Dari situ, kamu bisa belajar: bagian mana yang menarik perhatian media, dan bagian mana yang mungkin terlewat. Evaluasi ini bukan untuk menyalahkan, tapi jadi bahan bakar buat bikin rilis berikutnya lebih tajam, lebih menarik, dan lebih efektif.
- Apakah dimuat media? Di mana saja? Apakah kutipanmu muncul di judul? Apakah ada proses edit yang signifikan atau tidak?
- Apakah lalu lintas ke situsmu meningkat?
- Adakah respons di media sosial atau dari publik? Apakah followers di media sosial bertambah atau munculnya komentar publik?
Dari situ kamu bisa mengukur efektivitas dan memperbaiki pendekatan di rilis berikutnya.
Kesimpulan
Rilis pers bukan sekadar formalitas. Ia bisa jadi alat komunikasi yang kuat—jika ditulis dengan cerdas dan disebarkan secara strategis. Untuk LSM, partai politik, maupun lembaga pemerintah, rilis yang efektif bisa memperluas jangkauan pesan, membentuk opini publik, dan memengaruhi agenda media. Maka, perlakukan setiap rilis sebagai investasi komunikasi. Jangan hanya informatif—jadilah menarik, relevan, dan tepat sasaran.
Dengan pesan yang kuat, format yang rapi, dan distribusi yang cermat, rilis pers tetap jadi alat komunikasi paling andal di tengah hiruk-pikuk dunia digital.