Wajah politik Indonesia makin menua. Saat ini, lebih dari separuh anggota DPR berusia di atas 50 tahun.
Dari banyak partai di Indonesia, hanya ada dua partai politik yang Ketua Umumnya berusia di bawah 40 tahun, yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Ummat.
Cerita ini bertolak belakang dengan kisah seabad lalu, ketika roda politik digerakkan justru oleh anak-anak muda.
—
Awal abad ke-20, ketika nasionalisme baru berpijar dan gerakan politik baru mulai tumbuh di tanah Hindia, ada sosok anak muda belia yang cukup menjulang.
Namanya Semaoen. Hingga hari ini, dia masih menjadi pemegang rekor politisi yang menjabat Ketua Umum partai dalam usia sangat muda dalam sejarah politik Indonesia.
Siapa Semaoen?
Semaoen adalah anak pegawai rendahan di perusahaan kereta api Belanda. Ia lahir di Mojokerto, Jawa Timur, pada tahun 1899.
Meski sangat cerdas, kemiskinan memaksanya berhenti sekolah setelah tamat sekolah dasar. Dia kemudian menjadi klerk (juru tulis) di Staats-Spoor (SS).
Saat itu, serikat buruh cukup maju. Itu pula yang membawa Semaon terseret dalam aktivisme politik.
Aktivis Politik Muda
Usia 14 tahun, Semaoen menjadi anggota Sarekat Islam Afdeling Surabaya. Karena bakatnya, dia ditunjuk sebagai sekretaris.
Pada 1915, dia bertemu Henk Sneevliet, tokoh kiri Belanda yang mendirikan Perhimpunan Sosial-Demokrat Hindia (ISDV).
Dalam usia 15 tahun, Semaoen menjadi propogandis serikat buruh kiri VSTP dan aktivis ISDV.
Pemimpin Pemogokan
Pada 1917, dalam usia 17 tahun, Semaoen ditunjuk sebagai Ketua SI afdeling Semarang. Di bawah Semaoen, SI Semarang berubah dari organisasi kelas menengah menjadi organisasi rakyat jelata.
SI Semarang tumbuh pesat. Hanya dalam setahun, keanggotaan SI Semarang meningkat dari 1700 orang menjadi 20 ribu orang.
Dalam rentang 1918-1920, Semarang menjadi pusat gerakan buruh dan Semaoen tampil sebagai tokohnya. Gara-gara itu, dia ditangkap dan dipenjara 4 bulan.
Ketua Parpol Termuda
Pada Mei 1920, ISDV menggelar Kongres. Selain mengubah nama menjadi Partai Komunis Hindia (PKH), kongres ini juga menunjuk Semaoen sebagai Ketua.
Semaoen menjadi Ketua PKH pada usia 21 tahun. Namun, karena pengaruhnya menggerakan pemogokan dan radikalisasi di tanah Jawa, Semaoen ditangkap dan dibuang ke Eropa.
Semaoen terpaksa meninggalkan negerinya untuk menjalani pembuangan di usia 24 tahun.