Mengenang Kurt Cobain dan Musik Perlawanannya

Kurt Cobain bukan sekadar ikon musik—ia adalah suara bagi yang tertindas, simbol perlawanan dari kelas pekerja, dan bukti bahwa gitar dan lirik bisa jadi senjata melawan korupsi, ketidakadilan, dan budaya patriarki. Mengenangnya berarti merawat semangat untuk jujur, melawan arus, dan berdiri di sisi kaum yang terpinggirkan.

Pada awal 1990-an, dunia musik diguncang oleh kehadiran Nirvana, sebuah band grunge dari Seattle, AS yang dipimpin sosok karismatik, Kurt Cobain.

Lagu-lagu mereka yang penuh emosi dan berlirik tajam menjadi suara bagi generasi yang merasa terpinggirkan. Namun, di balik ketenarannya, Cobain adalah pribadi kompleks yang membawa nilai-nilai pemberontakan, sikap anti-korupsi, dan keberpihakan pada kelas pekerja dalam karya-karyanya.​

Kurt Donald Cobain lahir pada 20 Februari 1967 di Aberdeen, Washington, sebuah kota kecil dengan ekonomi yang bergantung pada industri kayu.

Ayahnya bekerja sebagai montir di stasiun Chevron, sementara sang ibu adalah ibu rumah tangga. Kehidupan keluarga Cobain tidak lepas dari kesulitan ekonomi, terutama setelah industri kayu mengalami penurunan pada awal 1970-an. Perceraian orangtuanya saat Cobain berusia sembilan tahun meninggalkan luka mendalam dan mempengaruhi pandangannya terhadap dunia. ​

Masa remajanya diwarnai dengan perpindahan dari satu rumah ke rumah lain, bahkan mengalami periode tunawisma. Dalam lagu “Something in the Way” dari album Nevermind (1991), Cobain menggambarkan pengalamannya tidur di bawah jembatan di Aberdeen, meskipun klaim ini kemudian diperdebatkan oleh rekan-rekannya. ​

Kurt Cobain muda. Kredit: Slate.com

Musik sebagai bentuk pemberontakan

Cobain menemukan pelarian dan ekspresi diri melalui musik. Terinspirasi oleh band punk seperti Melvins, ia mulai membentuk identitas musiknya sendiri. Bersama Krist Novoselic dan Dave Grohl, Nirvana lahir dan membawa angin segar dalam industri musik dengan menggabungkan elemen punk dan melodi pop yang catchy.

Buat Cobain, musik bukan hiburan. Itu suara protes. Dengarkan “Breed” atau “Territorial Pissings”, dan kamu bisa rasakan kemarahan terhadap sistem yang menindas. Ia tak pernah peduli pada tata krama dunia hiburan. Saat musisi lain berlomba tampil keren, Cobain berdiri di panggung dengan gaun, mengejek maskulinitas toksik industri musik.

Ia berdiri bersama korban diskriminasi. Ia bela musisi perempuan saat dunia rock masih penuh misogini. Ia tulis lirik yang menantang budaya patriarki, bahkan ketika fans laki-lakinya mulai tak nyaman.

Kurt Cobain muda. Kredit: Guardian

Ia vokal menentang seksisme, rasisme, dan homofobia yang ditemuinya di dunia musik rock. Sikap ini tercermin dalam partisipasi Nirvana di konser amal hak-hak gay yang digelar untuk menentang Measure 9 Oregon pada 1992. ​

Dan, lebih dari itu, ia tak pernah lupa dari mana ia berasal. Ia tahu dirinya bukan bagian dari elite budaya. Ia menyanyikan penderitaan kelas pekerja bukan dari observasi, tapi pengalaman. Lirik-lirik Cobain sering kali mencerminkan kemarahannya terhadap ketidakadilan sosial dan penindasan.

Anti-korupsi dan berpihak pada kelas pekerja

Kurt Cobain sangat anti terhadap korupsi dan nepotisme. Menurutnya, korupsi bukan hanya soal menilep atau merampok uang negara, tetapi juga mentalitas. Mentalitas korup memaksa orang mengambil jalan pintas untuk kaya.

Mentalitas korup membuat orang seenaknya merampas hak-hak orang lain: menyerobot antrean, parkir sembarangan, menerobos lampu merah, dan lain-lain.

Bagi Cobain, korupsi merusak masyarakat dan masa depan. Karena itu, kepada kaum muda, Cobain berpesan: tugas kaum muda adalah menentang korupsi.

Jadi, jangan ngaku-ngaku fans Kurt Cobain, memutar lagu-lagu Nirvana di Spotify, kalau kamu menoleransi korupsi, mendukung politisi korup, satu gerbong dengan partai korup, atau membenarkan KKN.

Cobain tidak nyaman dengan ketenaran dan komersialisasi musiknya. Ia merasa terasing dari akar undergroundnya dan sering mengkritik media mainstream. Dalam sebuah wawancara dengan Rolling Stone, Cobain mengenakan kaos bertuliskan “Corporate Magazines Still Suck” sebagai bentuk protes terhadap korporatisasi media. ​

Personil Nirvana: Krist Novoselic, Kurt Cobain, dan Dave Grohl

Pengalaman masa kecilnya di komunitas kelas pekerja Aberdeen membentuk perspektifnya terhadap isu-isu sosial. Ia memahami perjuangan kelas pekerja dan berusaha menyuarakan aspirasi mereka melalui musiknya. Cobain juga mendukung band-band yang dipimpin oleh perempuan dan seniman dari komunitas terpinggirkan, menunjukkan komitmennya terhadap inklusivitas dan keadilan sosial. ​

Warisan abadi

Meninggal dunia pada April 1994, Kurt Cobain menggoreskan duka mendalam bagi penggemar dan komunitas musik. Namun, warisannya tetap hidup abadi. Musiknya terus menginspirasi generasi baru, dan nilai-nilai yang ia perjuangkan tetap relevan hingga kini. Cobain bukan hanya seorang musisi; ia adalah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan suara bagi mereka yang merasa tidak terdengar.​

Mengenang Kurt Cobain berarti mengingat pentingnya kejujuran dalam berkarya, keberanian untuk menentang arus, dan komitmen untuk memperjuangkan mereka yang terpinggirkan.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
PFI dan AJI Kecam Ajudan Kapolri Pukul Jurnalis di Semarang

PFI dan AJI Kecam Ajudan Kapolri Pukul Jurnalis di Semarang

Saat itu para jurnalis sedang meliput agenda Kapolri, Jenderal Listyo Sigit

Next
Zapata, Petani yang Menginspirasi Revolusi Meksiko

Zapata, Petani yang Menginspirasi Revolusi Meksiko

Bicara tentang revolusi yang benar-benar lahir dari bawah, dari peluh petani dan

You May Also Like
Total
0
Share