Gelombang Protes di Turki: Apa yang Terjadi dan ke Mana Arah Politiknya?

Turki tengah diguncang demonstrasi besar-besaran setelah penangkapan Walikota Istanbul, Ekrem İmamoğlu, pada 19 Maret 2025.

Ratusan ribu orang turun ke jalan di berbagai kota, dari Istanbul hingga Ankara, mengecam tindakan pemerintah yang dinilai bermotif politik. Penangkapan İmamoğlu bernuansa sangat politis. Dia dituduh melakukan korupsi, tetapi masyarakat melihat alasan itu sebagai sebagai upaya pembungkaman oposisi.

Ekrem İmamoğlu, Walikota Istambul sejak 2019, sedang berkibar di panggung politik. Ia disebut sebagai kandidat paling potensial untuk mengalahkan diktator Turki saat ini, Recep Tayyip Erdogan, pada pemilu mendatang.

Pihak berwenang merespons dengan tindakan keras, menggunakan gas air mata, meriam air, dan menangkap lebih dari 1.100 orang dalam aksi protes tersebut. Bahkan, delapan jurnalis yang meliput aksi ini juga ikut ditangkap.

Mengapa ini terjadi?

Ketegangan politik di Turki telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Presiden Erdoğan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang dipimpinnya semakin kehilangan dukungan, terutama di kota-kota besar, seperti Istanbul dan Ankara. İmamoğlu, yang berasal dari Partai Rakyat Republik (CHP), muncul sebagai salah satu pemimpin oposisi yang paling menonjol setelah memenangkan pemilihan walikota Istanbul pada 2019 dan kembali terpilih pada 2024.

Dengan popularitasnya yang meningkat dan kemungkinan besar akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden 2028, banyak yang percaya bahwa penangkapan İmamoğlu adalah langkah strategis Erdoğan untuk menjegal lawan politiknya sebelum pemilu.

Siapa Ekrem İmamoğlu?

Ekrem İmamoğlu adalah sosok yang dikenal sebagai harapan baru bagi oposisi di Turki. Ia pertama kali mencuri perhatian publik ketika berhasil mengalahkan kandidat AKP dalam pemilihan walikota Istanbul tahun 2019. Kemenangannya sangat berarti karena Istanbul adalah kota terbesar di Turki dan telah lama menjadi basis kekuatan AKP.

Ekrem İmamoğlu, Walikota Istambul dan kandidat terkuat calon Presiden dari oposisi, Partai Rakyat Republik (CHP). Kredit: Getty Images

Sebagai walikota, İmamoğlu dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang inklusif, kebijakan sosial yang progresif, serta kritik tajam terhadap kebijakan Erdoğan. Hal ini membuatnya semakin populer di kalangan pemilih yang menginginkan perubahan di Turki. Dengan ancaman pencalonannya dalam pemilu 2028, pemerintah tampaknya berusaha mencegahnya sejak dini.

Mengapa protes membesar dan meluas?

Apa yang awalnya dimulai sebagai protes terhadap penahanan İmamoğlu kini berkembang menjadi gerakan yang lebih luas menentang otoritarianisme dan penindasan politik di Turki. Ada beberapa alasan mengapa aksi ini terus membesar:

Pertama, ketidakpuasan publik yang semakin meluas. Banyak warga Turki merasa kecewa dengan kebijakan ekonomi dan sosial Erdoğan. Inflasi yang meroket, pengangguran yang tinggi, dan penurunan standar hidup membuat banyak orang merasa bahwa perubahan harus segera terjadi.

Kedua, menguatnya represi terhadap kebebasan pers. Penangkapan jurnalis yang meliput protes ini semakin memicu kemarahan masyarakat. Kebebasan pers di Turki telah menurun drastis, dan banyak media kini dikendalikan oleh pemerintah.

Ketiga, meluasnya dukungan dari berbagai kelompok. Tidak hanya pendukung CHP yang turun ke jalan, tetapi juga kelompok-kelompok pro-demokrasi, aktivis hak asasi manusia, dan bahkan beberapa mantan pendukung AKP yang merasa kecewa dengan pemerintahan saat ini.

Keempat, dampak kampanye lewat media sosial. Video dan laporan langsung dari lapangan yang tersebar di media sosial mempercepat penyebaran gerakan ini. Rakyat Turki, khususnya kaum muda, semakin terlibat dalam aksi perlawanan ini.

Anak muda di garis depan aksi protes. Kredit: Emre Gurel/AP

Apa tuntutan demonstran?

Para demonstran tidak hanya menuntut pembebasan İmamoğlu, tetapi juga perubahan yang lebih luas dalam sistem politik Turki. Beberapa tuntutan utama mereka antara lain:

Pertama, pembebasan İmamoğlu dan tahanan politik lainnya.

Kedua, pemilu yang adil dan bebas dari campur tangan pemerintah.

Ketiga, penghentian represi terhadap pers dan kebebasan berekspresi.

Keempat, kebijakan ekonomi yang lebih berpihak kepada rakyat.

Kelima, pelepasan kontrol pemerintah terhadap institusi peradilan.

Tuntutan ini menunjukkan bahwa demonstrasi bukan hanya mendukung satu tokoh, tetapi juga menuntut demokratisasi yang lebih sehat di Turki.

Bagaimana masa depan politik Turki?

Masa depan politik Turki kini berada di persimpangan jalan. Protes yang semakin besar bisa menjadi titik balik bagi oposisi dalam menghadapi dominasi Erdoğan. Namun, pemerintah juga memiliki rekam jejak dalam meredam aksi-aksi perlawanan dengan tindakan keras.

Demonstran memegang bendera bergambar Kemal Attaturk, bapakpendiri Republik Turki, dalam aksi protes. Kredit: Adem Altan/AFP/Getty

Ada beberapa skenario yang mungkin terjadi.

Pertama, Erdoğan akan merespons aksi protes lebih keras. Jika pemerintah terus menggunakan cara represif, kemungkinan besar protes akan semakin besar. Namun, ini juga bisa berujung pada peningkatan tekanan internasional terhadap Turki.

Kedua, Erdoğan membuka ruang untuk dialog dan negosiasi. Jika tekanan domestik dan internasional meningkat, mungkin ada ruang bagi pemerintah untuk membuka dialog dengan oposisi, meskipun ini tampaknya kecil kemungkinannya, mengingat sejarah politik Turki.

Ketiga, gelombang perubahan menuju perubahan politik. Jika demonstrasi terus berlanjut dan menjadi lebih terorganisir, bukan tidak mungkin ini menjadi awal dari perubahan politik yang lebih besar di Turki menjelang pemilu 2028.

Yang jelas, rakyat Turki kini berada di titik di mana mereka tidak lagi hanya diam terhadap tindakan pemerintah. Mereka menuntut demokrasi yang lebih transparan, dan bagaimana pemerintah merespons tuntutan ini akan sangat menentukan masa depan politik negara tersebut.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Ketika Represifitas Berujung Revolusi

Ketika Represifitas Berujung Revolusi

Namun, satu pola yang terus berulang adalah bagaimana aparat cenderung merespons

Next
Kebangkitan Multifungsi Militer Melalui Revisi UU TNI

Kebangkitan Multifungsi Militer Melalui Revisi UU TNI

Agenda reformasi, selain menumbangkan Orde Baru juga mengembalikan demokrasi ke

You May Also Like
Total
0
Share