“Dunia udah beneran berubah.” Petikan lagu Internasionale terjemahan Ki Hadjar Dewantara ini kayaknya pas banget buat ngegambarin zaman sekarang.
Terutama setelah seorang anak muda genius asal Tiongkok, Liang Wenfeng, yang bikin gebrakan gila dengan ngerilis DeepSeek-R1 secara open-source. Ini bukan cuma inovasi biasa—ini kayak ngegas AI ke level yang enggak pernah kebayang sebelumnya! Jelas ini revolusi besar di bidang AI.
Gimana enggak, DeepSeek bikin teknologinya gratis! Siapa pun boleh mengunduh, utak-atik, bahkan bikin versi baru. Ini bikin banyak orang mulai mikir ulang soal masa depan AI dan gimana dampaknya ke dominasi teknologi dunia.
Persis seperti kata-kata Liang Wenfeng dalam wawancaranya dengan The China Academy pada 27 Januari 2025: “Kami percaya AI dan layanan API harus terjangkau buat semua orang.”
Apa sih yang bikin DeepSeek beda?
Waktu model AI DeepSeek yang namanya R1 ngalahin ChatGPT sebagai aplikasi gratis paling banyak di-download di AppleApp Store Amerika Januari 2025, itu enggak cuma soal menang-menangan aplikasi. Tapi kayak jadi simbol kalau AI bisa banget dikembangin dan disebarin dengan cara baru yang lebih terbuka.
Bayangin aja, beda banget sama OpenAI dan Anthropic yang semua teknologinya dijaga ketat, DeepSeek malah kasih kode dan dokumentasinya ke komunitas developer global. Tapi ada catatan juga nih, enggak semua bagian dari AI DeepSeek ini sepenuhnya “open-source”.
Menurut Open Source Initiative (OSI), AI open-source tuh harus kasih info lengkap tentang data yang dipakai buat melatih modelnya dan harus bebas diakses, dipakai, serta dimodif siapa aja. Sementara DeepSeek sih udah kasih model weights dan beberapa dokumen teknis, tapi data latihannya masih dirahasiain. Jadi ya, transparan tapi belum total.
Lebih murah, lebih keren
DeepSeek klaim bikin model mereka cuma dengan biaya sekitar $5,6 juta—itu sepersepuluh biaya bikin model lama punya Meta! Tapi soal kemampuan, enggak kalah kok. Model mereka bisa mikir logis dan ngitung-ngitung dengan level yang sama kayak saingan yang jauh lebih mahal.
Hebatnya lagi, metode latihan mereka juga lebih hemat energi. Kalau biasanya AI butuh komputer super besar yang bikin tagihan listrik jebol dan polusi karbon naik, DeepSeek malah nunjukin cara yang lebih hemat dan ramah lingkungan.
Masa depan AI yang lebih terbuka
Kalau AI benar-benar dibikin open-source, inovasi bakal makin cepet. Developer di tempat yang enggak punya akses teknologi canggih bisa ikut bikin hal keren tanpa harus mulai dari nol. Tapi, ya gitu, ada juga risikonya.
Di Amerika, banyak yang khawatir AI open-source bisa dipakai buat hal negatif, kayak bikin senjata biologis atau nyebarin hoaks. Nah, perdebatan pun muncul soal gimana caranya ngimbangin inovasi sama keamanan.
Terus, ada drama juga nih! OpenAI bilang DeepSeek mungkin “nyolong” model mereka dengan cara ngelatih AI-nya pakai hasil kerja OpenAI. Ini jadi isu besar tentang hak cipta di dunia AI.
Tiongkok vs Amerika: siapa unggul?
CEO Meta, Mark Zuckerberg bilang ini soal persaingan geopolitik besar. Dan Tiongkok lagi gaspol banget! Sukses DeepSeek bikin orang Amerika mulai mikir, apa mereka juga harus lebih terbuka soal pengembangan teknologi supaya enggak ketinggalan.
Ke depan, langkah DeepSeek ini bisa banget jadi game changer. Mereka buktiin kalau AI bisa dikembangin dengan cara yang lebih murah, efisien, tapi tetap keren. Meski gitu, jalannya enggak bakal mulus. Regulasi soal AI masih terus berkembang, dan isu hak cipta juga belum selesai.
Apakah AI open-source bakal jadi masa depan? DeepSeek udah kasih gambaran kalau itu mungkin banget. Tapi apakah ini akan bikin dunia AI lebih demokratis atau malah nambah tantangan baru? Kita lihat aja ke depannya!