Merdika.Id

Menyajikan analisis dan liputan mendalam terhadap berbagai isu sosial, politik, ekonomi, budaya, maupun internasional. Kami menggunakan sudut pandang yang kritis, jernih, dan berbasis data.

Ingin ikut berkontribusi memperkaya gagasan-gagasan kami, silahkan kirim artikel ke:

Redaksi Merdika.Id

Blueprint

A perfect balance of exhilarating flexiblity and the effortless simplicity of the Code Supply Co. WordPress themes.

The ultimate publishing experience is here.

Pidato-pidato Keren yang Dibuat dari Dalam Penjara

Nelson Mandela di penjara Robben Island (Foto: David Turnley/Corbis/VCG via Getty Images)

Dalam benak penguasa yang otoriter, penjara adalah cara terbaik untuk membungkam suara kritis, melemahkan militansi pejuang demokrasi, dan menghentikan perlawanan.

Namun, sejarah bertitah lain. Siapa sangka, di balik tembok tebal penjara, di dalam ruang sel yang biasanya berukuran tak lebih dari 2 x 2 meter, dalam ruang sempit dan pengap, terkadang agak gelap dan bau pesing, mampu tercipta tulisan-tulisan maha dahsyat.

Di dalam penjara, pikiran tidak beristirahat, apalagi menyerah. Malah semakin keras dan militan. Tidak heran, ada banyak pidato maupun artikel keren lahir di dalam penjara.

Berikut lima pidato maupun tulisan keren yang lahir dari dalam penjara.

Nelson Mandela: I am Prepared to Die

Pada 1963, Nelson Mandela dan 10 aktivis Kongres Nasional Afrika (ANC) ditangkap. Mereka dituduh melakukan aksi sabotase, memperjuangkan komunisme, dan menyiapkan pemberontakan.

Pada April 1964, dalam persidangan yang dikenal sebagai “Rivonia Trial”, Mandela membacakan pledoi berjudul “I Am Prepared to Die” atau “Aku Siap Mati”. Melalui pledoi yang dibacakan selama tiga jam itu, Mandela membongkar kebusukan pemisahan rasial di Afrika Selatan dan cita-cita perjuangan politiknya.

Pada pidato itu, ada kutipan yang sangat kuat:

“Sepanjang hidupku, saya telah mengabdikan diri pada perjuangan rakyat Afrika. Saya telah melawan dominasi kulit putih, dan saya juga pernah melawan dominasi kulit hitam. Saya menghargai cita-cita masyarakat demokratis dan bebas, yang memungkinkan semua orang hidup bersama dalam harmoni dan dengan peluang yang sama. Itu adalah cita-cita politik yang ingin saya capai dan wujudkan. Dan, jika perlu, itu adalah cita-cita yang saya siap untuk mati demi mencapainya.”

Fidel Castro: History Will Absolve Me

Pada 26 Juli 1953, sebagai bentuk perlawanan terhadap diktator Batista, seorang mahasiswa hukum dan seratusan kawannya menyerbu barak militer di Moncada. Anak muda itu adalah Fidel Castro.

Serangan itu gagal. Castro dan kawan-kawannya ditangkap. Saat di pengadilan, ia membacakan pledoi yang terkenal: “History Will Absolve Me” atau “Sejarah akan membebaskan saya”. Dalam pledoi yang dibacakan selama dua setengah jam itu, Castro menggambarkan rezim Batista sebagai “monstrum horrendum” atau monster yang mengerikan.

Selain itu, pidato Castro kaya dengan data-data. Ia menyebut 700 ribu orang Kuba yang tanpa pekerjaan. Ia juga mengkritik sistem pendidikan Kuba yang hancur lebur di bawah rezim Batista. “…30 persen orang di pedalaman Kuba bahkan tidak bisa menulis namanya sendiri,” tulisnya.

Sukarno: Indonesia Menggugat

Jelang tutup tahun 1929, Sukarno dan sejumlah aktivis PNI ditangkap. Mereka dituding melakukan penghasutan, mengganggu ketertiban umum, dan menentang pemerintah.

Saat persidangan di Landraad Bandung, 1 Desember 1930, Sukarno membacakan pledoi yang menggetarkan: Indonesia Menggugat. Pledoi yang kaya referensi dan data itu ditulis di dalam satu sel ukuran 1,5 meter di penjara Bantjeuy, Bandung. Penjara itu gelap, lembab, pengap, bahkan bau pesing.

“Tempat itu gelap, lembab dan sumpek. Sesungguhnya, aku diam-diam telah seribu kali membayangkan sebelumnya mengenai ini semua… tetapi ketika pintu berat itu mengurungku untuk pertama kali, rasanya aku mau mati. Ini pengalaman yang meremukkan,” kenang Sukarno.

Mahatma Gandhi: Great Trial of 1922

Pada 1922, Mahatma Gandhi ditangkap karena tiga artikelnya di koran Young India dianggap membangkitkan kebencian, penghinaan, dan ketidaksukaan terhadap pemerintah Inggris-India.

Dalam proses pengadilan yang dikenang sebagai “Great Trial” itu, Gandhi membacakan pledoi singkat.

Bukan menyesali perbuatannya, Gandhi justru mengaku bangga didakwa pasal penghinaan. “Saya tahu beberapa patriot India didakwa oleh pasal ini. Dan saya menganggap kehormatan didakwa juga oleh pasal ini.”

Martin Luther King Jr: Letter from Birmingham Jail

Tahun 1963, saat aksi menentang rasisme di Birmingham, Alabama, Martin Luther King Jr. dan 50-an warga Birmingham ditangkap.

Dari dalam penjara, King menulis esai berjudul “Letter From Birmingham Jail” untuk merespons tudingan pendeta berkulit putih yang menuding King melakukan penghasutan. Dari surat inilah terlahir quotes King yang terkenal: “Injustice anywhere is a threat to justice everywhere.”

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Dosa Politik Orde Baru: Desukarnoisasi

Dosa Politik Orde Baru: Desukarnoisasi

Beberapa hari lalu, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) resmi mencabut

You May Also Like
Total
0
Share