Marie Curie, Ilmuwan Perempuan yang Mengubah Dunia Sains

Marie Curie merupakan salah satu ilmuwan hebat yang berkontribusi besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Dia merupakan perempuan pertama yang meraih penghargaan Nobel. Dia juga merupakan orang pertama yang meraih dua penghargaan Nobel dari dua bidang ilmu yang berbeda, fisika dan kimia.

Anak guru miskin

Marie lahir dengan nama Maria Sklodowska di Warsawa, Polandia, pada 7 November 1867. Kedua orangtuanya bekerja sebagai guru biasa. Marie merupakan anak terakhir dari lima bersaudara.

Suatu hari, ayah Marie kehilangan pekerjaan. Ekonomi keluarganya sangat terpuruk. Saudara perempuannya, Zosia, meninggal karena penyakit tipes. Tak berselang lama, ibunya juga meninggal karena tuberkulosis. Itu terjadi pada 1878, tatkala usianya baru 11 tahun.

Beranjak remaja, Marie bekerja sambilan sebagai guru dan pengasuh. Uang yang didapat dipergunakan untuk membiayai pendidikan saudara perempuannya. Bronisława, salah satu saudaranya, ingin belajar kedokteran.

Penentang Tsarisme Rusia

Saat Marie lahir dan tumbuh, Polandia menjadi lahan perebutan antara Rusia, Prusia, dan Austria. Tempat tinggal Marie di bawah pengaruh kekaisaran Tsar di Rusia.

Di bawah kekuasaan Rusia, Polandia berusaha dihapus identitas dan akar sejarahnya. Buku-buku dibakar. Sekolah-sekolah tidak boleh mengajarkan bahasa Polandia. Penerbitan buku juga dikontrol ketat isiannya. Toko-toko yang tak memakai bahasa Rusia tak mendapat izin usaha.

Marie Curie dan ruang kerjanya. Kredit foto: https://daily.jstor.org

Tahun 1830, ada pemberontakan orang Polandia terhadap Rusia. Kakek Marie terlibat dalam peristiwa ini. Jiwa nasionalisme Polandia itulah yang menurun pada ayah Curie dan dirinya.

Di Warsawa, antara 1883-1890, Marie terlibat dalam organisasi bawah tanah bernama “Flying University” (sering juga disebut Floating University). Mereka mengajarkan bahasa Polandia dan diam-diam menentang Rusianisasi.

Belajar di Paris

Karena aktivitas bawah tanahnya, Marie sempat pindah ke Krakow, lalu ke Paris. Saat itulah, ia mengubah namanya menjadi Marie.

Dia kemudian melanjutkan studi di Sorbonne. Karena kekurangan biaya, dia bekerja paruh waktu pada malam hari. Namun, keterbatasan finansial memaksa Marie harus makan seadanya. Saban hari dia hanya makan roti mantega dan meminum segelas teh. Hal ini juga yang membuatnya sering jatuh sakit.

Meski begitu, pada 1893, dia berhasil meraih gelar sarjana di bidang fisika. Setahun kemudian, dia juga mendapat gelar sarjana ilmu matematika. Tak lama, dia bertemu seorang fisikawan, Pierre Curie, yang kelak jadi suaminya.

Marie dan Pierre menikah pada 1895. Pasangan ilmuwan ini dikaruniai dua orang anak perempuan.

Penemuan baru

Tahun 1896, Henri Becquerel menemukan bukti radioaktivitas pada garam uranium. Penemuan itu mendorong Marie melakukan penelitian lebih lanjut.

Dari hasil eksperimennya, sinar uranium bersifat konstan, tidak terpengaruh, tidak peduli kondisi atau bentuk uranium. Dari eksperimen itu, dia berhipotesis bahwa sinar konstan itu berasal dari struktur atom unsur. Fenomena ini kemudian disebut oleh Marie sebagai “radioaktivitas”.

Penelitian lebih jauh soal mineral membuat Marie menemukan unsur radioaktif baru yang disebut “polonium”. Nama itu diambil dari nama negaranya, Polandia. Meski terpisah jauh dari negerinya, Marie tetap punya ingatan, cinta, dan patriotisme.

Tak lama setelah penemuan itu, Marie dan Pierre kembali menemukan unsur lain. Unsur baru itu dinamai radium, dari bahasa latin, radius, yang berarti sinar.

Marie Curie dan laboratorium kerjanya. Kredit: Wikipedia Common

Namun, Eropa kala itu belum beranjak jauh dari alam feodalisme, termasuk dalam ilmu pengetahuan. Kendati berhasil membuat penemuan penting, tapi kontribusi Marie kurang diapresiasi.

Misalnya, pada 1903, Marie dan Pierre diundang oleh perkumpulan ilmuwan Inggris, Royal Institution. Mereka diminta bicara soal radioaktivitas. Namun, karena faktor gendernya, dia tak diberi tempat untuk berbicara. Yang boleh berbicara hanya suaminya.

Pada 1906, Pierre mengalami kecelakaan tragis. Di tengah hujan deras, dia terpeleset di jalan dan kepalanya terlindas oleh roda kereta kuda yang sedang melaju kencang.

Di tengah kesedihan ditinggal suami, Marie tetap tegar. Dia menghabiskan waktu untuk melanjutkan penelitian yang sudah sempat dikerjakan olehnya dan suami. Dia juga yang menggantikan posisi suaminya di Universitas Sorbonne.

Penghargaan Nobel

Semasa hidupnya, Marie dua kali meraih penghargaan Nobel. Pertama, pada 1903, dia bersama Henri Becquerel mendapat penghargaan Nobel fisika.

Pada 1911, Marie kembali meraih penghargaan Nobel di bidang kimia, berkat temuannya soal isolasi radium murni.

Jadi, Marie merupakan orang pertama yang meraih dua penghargaan Nobel di dua bidang ilmu berbeda. Dia juga perempuan pertama yang meraih penghargaan Nobel.

Pada 4 Juli 1934, Marie Curie meninggal dunia dengan kondisi didiagnosa mengidap anemia aplastik, yang berarti sumsum tulang belakangnya gagal memproduksi sel darah baru. Penyakit itu ada kaitannya dengan paparan radiasi selama 37 tahun dia bekerja dengan percobaan ilmiahnya.

Marie awalnya dimakamkan berdekatan dengan makam suaminya di Sceaux, sebuah komune di sebelah selatan Paris. Pada 1995, jenazah Marie dan Pierre dipindahkan Pantheon, tempat pemakaman para pahlawan dan tokoh besar Prancis.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Gagasan Nasionalisme Progresif Bung Hatta

Gagasan Nasionalisme Progresif Bung Hatta

Gagasan kebangsaan kolot, yang terlalu mengagungkan klaim teritorial dan

Next
Kartini dan Pers: Perjuangan Emansipasi Bangsa Lewat Pena

Kartini dan Pers: Perjuangan Emansipasi Bangsa Lewat Pena

Orde Baru sering kali meminimalkan peran dan perjuangan Kartini, hanya

You May Also Like
Total
0
Share