Asal-Usul Slogan “Rakyat Bersatu, Tak Bisa Dikalahkan!”

Pekik “Rakyat bersatu, tak bisa dikalahkan!” kerap terdengar di berbagai aksi demonstrasi atau protes.

Dari mana datangnya pekikan itu?

“Rakyat bersatu, tak bisa dikalahkan!” berasal dari sebuah lagu perjuangan di Amerika Latin: “¡El pueblo unido, jamás será vencido!” Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pekik itu menjadi: “The people united will never be defeated”.

Lagu “¡El pueblo unido, jamás será vencido!” diciptakan oleh seorang komponis revolusioner Chile, Sergio Ortega. Dia merupakan pendukung gerakan sosialis dan komunis. Dia juga anggota sebuah gerakan kebudayaan bernama Nueva Canción Chilena (nyanyian baru).

Sergio memang kerap menciptakan lagu-lagu revolusioner. Dia juga yang membuat lagu kampanye Salvador Allende, seorang sosialis yang menang pemilu di Chile pada 1971. Lagu itu diberi judul “Venceremos” (Rakyat pasti menang).

Lagu “¡El pueblo unido, jamás será vencido!” kemudian dinyanyikan dan dipopulerkan oleh grup musik kerakyatan Chile, Quilapayún. Grup ini juga menjadi bagian dari gerakan kebudayaan Nueva Canción Chilena.

Lagu “¡El pueblo unido, jamás será vencido!” sangat populer di tahun 1970-an. Terutama saat kampanye untuk memenangkan kandidat sosialis Salvador Allende. Musisi-musisi Nueva Canción, seperti Quilapayún, Inti-Illimani dan Victor Jara, mempopulerkan lagu ini di tengah-tengah aksi protes, kampanye politik dan di saat aksi turun ke bawah atau turba.

Nueva Canción sendiri berkontribusi besar dalam memenangkan Allende di pemilu Chile 1970. Para musisi kerakyatan Chile mengusung baliho besar bertuliskan: tidak ada revolusi tanpa lagu-lagu.

Tidak mengherankan, ketika Allende dikudeta oleh Augusto Pinochet di tahun 1973, musisi kerakyatan turut dikejar-kejar aparat Gestapo rezim Pinochet. Ada yang dibunuh, seperti musisi Victor Jara dan Pablo Neruda. Sementara yang lain, seperti Quilapayún dan Inti-Illimani, terpaksa menjadi eksil di luar negeri.

Di bawah kediktatoran Pinochet, lagu “¡El pueblo unido, jamás será vencido!” menjadi lagu perlawanan. Eksil-eksil Chile di luar negeri juga kerap menyanyikan lagu ini. Inti-Illimani berkontribusi besar dalam mempopulerkan lagu ini ke seantero dunia melalui tur-tur musik mereka.

Di Portugis, di masa Revolusi Bunga tahun 1974, musisi revolusioner menciptakan lagu berjudul Portugal Ressuscitado. Lagu yang ditulis oleh Pedro Osario dan Jose Caslos Ary dos Santos itu punya lirik: Agora o Povo Unido nunca mais será vencido (sekarang rakyat bersatu tidak bisa dikalahkan).

Di Iran, selama revolusi melawan kediktatoran rezim Reza Fahlavi, kaum revolusioner menciptakan lagu berjudul “Bar Pa Khiz” (Bangunlah!). Lagu ini mengadopsi lagu “¡El pueblo unido, jamás será vencido!”, dengan lirik agak berbeda.

Di Filipina, semasa perjuangan melawan kediktatoran Marcos, kaum revolusioner juga mengadaptasi “¡El pueblo unido, jamás será vencido!” ke dalam lagu perlawanan berjudul Awit ng Tagumpay atau “Lagu Kemenangan”.

Di tahun 1975, komposer Amerika Serikat Frederic Rzewski menciptakan dan memainkan lagu ini ke dalam 32 variasi piano. Kali ini diberi judul “The people united will never be defeated”.

Di Indonesia, selama perjuangan melawan kediktatoran Orde Baru, aktivis pro-demokrasi menggunakan “Rakyat bersatu, tak bisa dikalahkan” sebagai yel-yel aksi. Slogan ini masih menjadi yel-yel perjuangan hingga ini.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Stagnasi Ekonomi Dunia

Stagnasi Ekonomi Dunia

Sejak krisis finansial global pada 2008, ekonomi dunia mengalami perlambatan

Next
Realitas Ekonomi Nasional: Beban Fiskal Gemoy dan Ambisi Makan Siang Gratis

Realitas Ekonomi Nasional: Beban Fiskal Gemoy dan Ambisi Makan Siang Gratis

Pengumuman pailitnya PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex, harus menjadi alarm

You May Also Like
Total
0
Share