Akhir pekan ini, ribuan warga Korea Selatan memadati jalanan Ibu Kota Seoul dalam aksi protes besar-besaran menuntut pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol.
Keputusan Yoon untuk memberlakukan darurat militer—yang kemudian dibatalkan dalam hitungan jam—memantik kemarahan publik dan membawa ribuan demonstran turun ke jalan. Namun, ada yang berbeda dari protes kali ini: nuansa K-Pop yang penuh warna, musik, dan energi anak muda membuat demonstrasi terasa seperti festival.
Protes atau konser K-Pop?
Di depan Gedung Majelis Nasional, ribuan peserta aksi menyalakan light stick berwarna-warni, aksesori khas penggemar K-Pop yang biasanya digunakan untuk mendukung idol mereka di konser. Lagu-lagu seperti “Whiplash” dari Eespa dan “Fighting” dari sub-unit Seventeen, BooSeokSoon (BBS), menggema di udara. Para demonstran memodifikasi lirik lagu untuk menyampaikan pesan politik seperti, “Impeach Yoon Suk Yeol!”
Seorang penggemar NCT, Cho (24), bahkan mengkustomisasi light stick-nya dengan tulisan “pemakzulan.” “Dulu ada yang bilang lilin bisa padam ditiup angin. Tapi, light stick ini tidak bisa dimatikan begitu saja,” kata Cho bangga.
Tradisi baru dalam protes Korea
Protes di Korea Selatan memang terkenal dengan kreativitasnya. Jika di masa lalu dikenal dengan nyala lilin, kini aksi protes terasa lebih hidup dengan budaya pop sebagai sentralnya. Sebuah kelompok aksi sipil, Candlelight Action, bahkan mengundang para penggemar K-Pop untuk membawa light stick mereka saat aksi protes, dan menyebutnya sebagai “konser lilin.”
Bukan hanya penggemar muda, peserta aksi dari generasi yang lebih tua pun terkesan. Kim (52), yang pernah mengikuti aksi serupa tujuh tahun lalu, mengatakan, “Protes sekarang lebih seru dan penuh warna. Energi dari para anak muda benar-benar luar biasa.”
Budaya pop yang menggerakkan perubahan
Protes ini juga menunjukkan bagaimana budaya pop, terutama K-Pop, memberikan kekuatan kolektif kepada masyarakat. Heo (24), seorang penggemar Seventeen, mengaku bahwa pengalaman sebagai fans membantu dalam aksi ini. “Kami terbiasa menunggu di tengah dingin dan bersorak untuk sesuatu yang kami cintai. Protes ini sama saja. Bahkan lebih menyenangkan,” ujarnya.
Fenomena ini tidak hanya menyegarkan wajah aksi protes di Korea Selatan, tetapi juga mencerminkan semangat demokrasi yang kuat di kalangan generasi muda. Di tengah krisis yang melibatkan keputusan politik sepihak Presiden Yoon, anak muda menunjukkan bahwa perjuangan bisa dilakukan dengan cara yang kreatif dan menyenangkan.
Ketegangan politik di tengah kejayaan budaya Korea
Krisis ini muncul di saat dunia sedang menikmati kebangkitan budaya Korea melalui Hallyu Wave. Dari BTS hingga Squid Game, citra Korea Selatan sebagai negara dengan budaya modern dan inovatif telah mendunia. Namun, keputusan darurat militer oleh Presiden Yoon mengingatkan publik, baik domestik maupun internasional, bahwa demokrasi Korea Selatan masih rentan terhadap ancaman otoritarianisme.
Banyak yang khawatir bahwa insiden ini merusak reputasi Korea Selatan yang selama ini dikenal damai. “Reputasi negara kita hancur seketika. Tahun ini kita punya begitu banyak prestasi, seperti Han Kang memenangkan Nobel Sastra, tapi semuanya terasa runtuh dalam semalam,” kata Kim Jung-ho, seorang warga Seoul.
Namun, ada juga yang melihat sisi positif dari krisis ini. “Reaksi cepat warga dan anggota parlemen menunjukkan kekuatan demokrasi kita,” kata Bang Kyeong-rok, mahasiswa hukum dari Universitas Nasional Chonnam.
Pesan dari masa lalu untuk masa depan
Korea Selatan telah menempuh perjalanan panjang dari era kediktatoran militer hingga menjadi salah satu ekonomi terbesar di Asia. Tetapi, krisis ini menunjukkan bahwa bayang-bayang otoritarianisme masih ada. Dengan protes yang terus berlangsung dan tekanan terhadap Presiden Yoon semakin besar, warga berharap krisis ini akan memperkuat demokrasi Korea Selatan di masa depan.
Di tengah situasi yang penuh ketegangan, protes berbasis budaya pop ini menjadi bukti bahwa demokrasi bisa diperjuangkan dengan cara yang unik. Seperti kata seorang penggemar, “Protes ini seperti konser. Kami akan kembali besok dan mengajak lebih banyak orang. Ayo bergabung dan lihat sendiri!”