Koalisi kiri Frente Amplio (Broad Front) berhasil mengantarkan Yamandú Orsi memenangi Pemilu Presiden Uruguay putaran kedua, Minggu (24/11).
Yamandú Orsi, seorang guru sejarah, berhasil meraih suara 49.77 persen. Sementara lawannya, Alvaro Delgado, seorang politisi kanan konservatif, kaya-raya, dan nasionalis, hanya memperoleh 45.94 persen.
Dengan kemenangan ini, koalisi kiri kembali ke jalur kekuasaan. Sebelumnya, pada Pemilu 2019, koalisi kiri kalah oleh koalisi kanan yang mengusung Luis Lacalle Pou.
Uruguay, yang sering disebut Swiss-nya Amerika selatan, hanya berpenduduk 3,4 juta jiwa. Negeri yang sudah merdeka sejak 200 tahun lalu ini memiliki indeks demokrasi peringkat 18 di dunia (masuk kategori full-democracy) dan topang oleh tingkat korupsi rendah (indeks persepsi korupsi peringkat 16 dunia).
Kandidat yang kalah, Alvaro Delgado, juga Presiden Luis Lacalle Pou, langsung mengucapkan selamat kepada Yamandú Orsi. “Dengan perasaan sedih, tapi tanpa merasa bersalah, saya mengucapkan selamat kepada pemenang,” kata Delgado, seperti dikutip The Guardian, Senin (25/11).
Siapa Yamandú Orsi?
Lahir pada 13 Juni 1967, Orsi tumbuh dan besar dari keluarga buruh-tani di pedesaan Canelones. Masa kecilnya yang sulit, tinggal dalam rumah tanpa listrik, tak menyurutkan Orsi bermimpi.
Sambil menemani orang tuanya berjualan di toko Kelontong, Orsi bisa menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah. Saat SMA, ia mulai terseret dalam gerakan politik.
Ia menjadi bagian dari gerakan Movimiento de Participación Popular (MPP), salah gerakan politik yang turut mendirikan Frente Amplio.
Pada 1991, ia berhasil meraih gelar sarjana dari Institut Guru di Artigas. Orsi pun bekerja sebagai guru sejarah. Ia suka mengajari muridnya membaca sejarah secara kritis. Sambil mengajar, sisa waktunya ia manfaatkan untuk berpolitik.
Karir politiknya mulai cerah sejak Frente Amplio mulai menseriusi strategi politik “memanjat kekuasaan” dengan mendorong kader-kadernya terlibat dalam gelanggang Pemilihan Kepala Daerah (semacam Pilkada).
Pada 2015, ia terpilih sebagai Bupati di Canelones, kampung kelahirannya. Selama menjabat, ia mengubah pemerintahan untuk lebih responsif dan partisipatoris. Pendekatan politik ini membuatnya populer.
Pada 2023, MPP secara resmi mengusung Orsi sebagai Calon Presiden untuk Frente Amplio. Untuk diketahui, Frente Amplio menggelar pemilu internal untuk memilih Capresnya. Prosesnya berlangsung demokratis. Dan melalui pemilu internal itu, Orsi terpilih sebagai Capres yang diusung Frente Amplio.
Kiri Modern
Pada pemilu ini, ada tiga isu besar yang diperbincangkan oleh para pemilih: biaya hidup yang makin mahal, ketimpangan, dan kriminalitas. Salah satu penyebabnya, penyelundupan narkoba yang makin marak.
Sayap kanan menjanjikan tindakan tegas untuk memerangi peredaran narkoba dan kejahatan, termasuk usulan penggerebekan malam hari.
Sebaliknya, kiri melihat akar masalahnya pada ketimpangan dan biaya hidup yang tinggi. Untuk mengatasi itu, koalisi kiri mengajukan tiga janji: mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, reintegrasi sosial untuk memerangi kriminalitas, dan penghapusan kemiskinan anak.
Dalam narasinya, Yamandú Orsi bicara tentang kiri modern, yang berusaha memadukan antara ekonomi pasar dan kesejahteraan sosial.
Tema pertumbuhan ekonomi cukup dominan, bahkan menjadi narasi kedua kandidat, karena sejak 2015 hingga pandemi covid-19, ekonomi Uruguay melambat dan hanya tumbuh rata-rata 1 persen.
Jose Mujica, yang menjadi mentor sekaligus juru kampanye terpenting dari Orsi, menyebut Orsi sebagai jembatan yang diperlukan Uruguay untuk menjawab tantangan ekonomi sekaligus perubahan generasi.
“Dia cukup berpengalaman,” kata mantan Presiden yang pernah dijuluki Presiden termiskin di dunia oleh media arus utama di berbagai belahan dunia.
Seperti koleganya Pepe Mujica, Orsi juga bergaya hidup sederhana. Suka berjalan-jalan bersama anjing nya, sambil menenteng minuman khas Uruguay Mate, Orsi suka berpakaian kasual. Dan seperti Mujica, ia berjanji tidak akan tinggal di Istana Presiden dan memilih tinggal di rumahnya yang sederhana.
Kebijakan politik yang adaptif dengan tantangan zaman, tetapi tetap bertumpu pada nilai-nilai kesetaraan, demokrasi, dan kemanusiaan, menjadi unsur penting dalam narasi kiri baru yang diusung Yamandú Orsi dan Frente Amplio.