Claudia Sheinbaum, Presiden Perempuan yang Berani Menentang Trump

Selama lebih dari dua abad, Amerika Serikat (AS) selalu memandang Meksiko sebagai halaman belakangnya. Namun, di bawah pemerintahan presiden baru Meksiko, Claudia Sheinbaum, terjadi arus balik.

Claudia Sheinbaum, seorang perempuan dengan rekam jejak sebagai ilmuwan dan aktivis kiri, berhasil membuat kepala dan martabat orang-orang Meksiko berdiri tegak. Trump pun tak banyak berkutik di hadapannya.

Menaklukkan Trump

Sehari setelah dilantik, Trump langsung petentengan. Ia mengirim pasukan ke perbatasan AS-Meksiko demi mencegah arus masuk imigran. Selain itu, ia juga ingin memberlakukan tarif 25 persen untuk semua produk Meksiko.

Tak berhenti di sini, presiden yang mengusung politik rasis ini langsung meneken perintah eksekutif yang menetapkan kartel narkoba Meksiko sebagai organisasi teroris. Bahkan dengan jumawa ia bilang akan mengubah nama “Teluk Meksiko” menjadi “Teluk Amerika”.

Sheinbaum pun bereaksi. Dalam sebuah konferensi pers, sambil berdiri di sebuah peta tahun 1607, ia bilang, seharusnya Amerika bagian utara, tempat AS, Kanada, dan Meksiko, dinamai “América Mexicana” atau “Amerika Meksiko”. Menurutnya, merujuk pada dokumen 1814, wilayah Amerika utara disebut America Mexicana.

Geng kiri: Gustavo Petro (Presiden Kolombia), Lula da Silva (Presiden Brazil), Claudia Sheinbaum (Presiden Meksiko), dan Gabriel Boric (Presiden Chile)

“Terdengar bagus, bukan?” cetusnya dengan sarkas.

Naiknya Trump ke kursi presiden AS memang membunyikan sirine bahaya nasionalisme sempit. Dengan dalih dirugikan oleh banjir imigran ilegal dan perdagangan narkoba, AS memberlakukan tarif 25 persen untuk semua produk Meksiko dan Kanada. Tak hanya pada dua negara tetangganya itu, Trump juga bea tambahan 10 persen untuk semua produk impor dari Tiongkok.

Tentu saja, pada Meksiko, kebijakan tarif itu akan membawa imbas besar. Hampir 80 persen Meksiko hanya tertuju ke AS. Meksiko merupakan pemasok utama mobil, suku cadang mobil, komputer, monitor, dan lemari es ke pasar AS. Ekspor Meksiko akan melemah. Namun, ibarat pisau yang bisa melukai dua sisi, AS juga terkena dampak: warga AS akan membeli produk dari Meksiko dengan harga lebih mahal.

Namun, demi melindungi kepentingan nasionalnya, Sheinbaum berjanji akan menggunakan politik “kepala dingin”. Ia siap duduk di meja perundingan, melakukan negosiasi, berupaya mencari titik temu terbaik, tetapi tak akan menggadaikan kepentingan nasional bangsa Meksiko.

“Ketika kita bernegosiasi dengan negara lain, ketika kita berbicara dengan negara lain, kita selalu melakukannya dengan kepala tegak, tidak pernah dengan kepala tertunduk,” katanya, seperti dikutip media berhaluan kiri-tengah Inggris, The Guardian, pada 2 Februari 2025.

Dalam proses negosiasi itu, Sheinbaum dan bangsa Meksiko menjadi pemenangnya. Trump melunak. Ia bersedia menunda pengenaan tarif 25 persen untuk Meksiko hingga Maret mendatang.

“Presiden Sheinbaum melakukan dengan sangat baik. Sangat bagus,” ujar Jorge Guajardo, mantan Duta Besar Meksiko untuk Tiongkok yang juga anggota partai oposisi.

Menurut Carmen Morán Breña, dalam ulasannya di media berbahasa Spanyol El País, bahwa hampir semua kekuatan politik maupun kelompok bisnis di Meksiko menyambut baik keberhasilan Sheinbaum dalam bernegosiasi dengan Trump. Tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Sheinbaum melebihi 80 pesen,

Siapa Claudia Sheinbaum?

Sheinbaum adalah seorang ilmuwan dan aktivis kiri yang memenangkan pemilu Meksiko pada Juni 2024. Ia diusung oleh koalisi politik kiri-hijau bernama “Sigamos Haciendo Historia” (Mari terus membuat sejarah).

Ia adalah anggota partai Gerakan Regenerasi Nasional (Morena). Partai ini didirikan oleh Andrés Manuel López Obrador (AMLO), presiden Meksiko periode 2018-2024, pada 2011.

Claudia Sheinbaum muda. Kredit: El Universal

Morena merupakan pecahan dari Partai Revolusi Demokratik (PRD), partai kiri-tengah yang berdiri pada 1989. Pada 1980-an, PRD sangat progresif sebagai gerakan pro-demokrasi yang berdiri paling depan menentang kediktatoran.

Namun, setelah serangkaian kegagalan elektoral dari 1990-an hingga 2000-an, pada 2018, PRD bersekutu dengan sayap kanan, Partai Aksi Nasional (PAN), agar bisa berkuasa. Banyak pengurus dan anggota PRD yang masih kiri meninggalkan partai ini dan membentuk Morena.

Sheinbaum, yang sudah terjun dalam aktivis politik sejak mahasiswa, menjadi bagian penting dari Morena. Pada 2015, ia berhasil menjadi walikota di Tlalpan, sebuah kotamadya di Kota Mexico City.

Lalu, pada 2018, ia terpilih sebagai walikota di Mexico City. Saat itulah namanya mulai menjulang. Ia dianggap sukses membenahi transportasi publik, menekan kriminalitas, memajukan pendidikan, dan persoalan lingkungan. Saat pandemi Covid-19, namanya makin berkibar: ia berhasil membawa Mexico City menghindar dari dampak terburuk pandemi.

Pada 2018, saat Andrés Manuel López Obrador (AMLO) menenangi pilpres dan terpilih sebagai presiden, Sheinbaum masuk dalam jajaran kabinetnya. Ia ditunjuk sebagai Menteri Lingkungan Hidup sekaligus mewakili Meksiko di Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

Claudia Sheinbaum muda, saat kuliah di Lawrence Berkeley National Laboratory, California, memegang poster bertuliskan”Fair Trade and Democracy Now” saat memprotes kunjungan Presiden Meksiko  Carlos Salinas ke Stanford University, 1991. Kredit: California-Mexico Study Centre (CMSC).

Meski terjun ke gerakan politik, tetapi karier akademik Sheinbaum juga cukup mentereng. Ia meraih gelar Ph.D. bidang teknik energi di Universitas Otonomi Nasional Meksiko (UNAM), kampus tertua dan terbesar di negeri itu. Selama karier akademiknya, ia telah menulis ratusan artikel dan jurnal serta dua buku.

Sebagai ilmuwan, Sheinbaum selalu menempatkan sains sebagai kunci dalam merumuskan langkah-langkah politik maupun kebijakan politiknya. Dan sebagai aktivis, ia punya prinsip dan pengalaman, yang membuatnya tak mudah didikte, menyerah, dan pragmatis.

Kanselir Jerman, Olaf Scholz, sampai memuji Sheinbaum sangat tinggi. “Presiden Meksiko itu politisi cerdas. Dia bertindak sangat tenang,” katanya, seperti dikutip Reuters, tak lama setelah Trump membatalkan tarif 25 persen untuk Meksiko.

Tentu saja, ketegangan antara AS dan Meksiko belum mencapai titik akhir. Ancaman Trumpisme dan nasionalisme chauvinisnya terhadap kedaulatan Meksiko masih akan terus berlanjut.

Namun, seperti ditekankan oleh Sheinbaum dalam pesannya kepada Trump, seperti dikutip Pressenza dan beredar luas di media sosial, jika Trump terus membangun tembok dan politik tarif yang chauvinis, maka ada boikot langsung dan tidak langsung terhadap segala bentuk produk AS.

“Jika 7 miliar manusia (konsumen) ini tidak membeli produk mereka (AS), maka pengangguran akan meningkat dan ekonomi (dalam tembok yang rasis) itu akan runtuh,” tulis Sheinbaum.

Sheinbaum adalah inspirasi baru bagi gerakan kiri, feminis, maupun ekologis di seantero bumi.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Seabad Pramoedya Ananta Toer: Menemukan Kembali Suara yang Hilang

Seabad Pramoedya Ananta Toer: Menemukan Kembali Suara yang Hilang

Dalam dunia yang semakin cepat berubah, dengan algoritma yang menentukan pola

Next
Pengemudi Ojol Tuntut THR Penuh

Pengemudi Ojol Tuntut THR Penuh

Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) terus menagih janji Kementerian

You May Also Like
Total
0
Share