Perempuan dalam Jeratan Dunia Kartel

Peran perempuan dalam dunia kartel sering kali menjadi fenomena yang menarik perhatian publik, terlebih karena dunia ini identik dengan kekerasan dan dominasi laki-laki. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, perempuan tidak hanya berperan sebagai pendukung, tetapi juga terlibat sebagai penggerak utama dunia kartel.

Mereka mengambil peran signifikan, mulai dari kurir narkoba, pencuci uang, hingga pemimpin kartel yang kejam. Fenomena ini memunculkan pertanyaan: apa yang mendorong perempuan masuk ke dunia ini?

Salah satu faktor utama adalah tekanan ekonomi. Banyak perempuan yang berasal dari keluarga miskin atau wilayah dengan akses terbatas ke pendidikan dan pekerjaan. Dalam situasi seperti ini, menjadi bagian dari organisasi kriminal sering kali terlihat sebagai satu-satunya jalan keluar. Kartel sering menjanjikan kekayaan, keamanan finansial, dan gaya hidup mewah yang sulit dicapai melalui pekerjaan legal. Janji-janji ini, meski penuh risiko, dapat menjerat perempuan yang merasa tidak memiliki pilihan lain.

Di sisi lain, ada juga perempuan yang terjerat karena hubungan personal. Dunia kartel, yang didominasi laki-laki, sering kali melibatkan perempuan sebagai pasangan atau keluarga dekat dari tokoh kartel. Hubungan ini, baik melalui pernikahan atau ikatan keluarga, menjadi pintu masuk mereka ke dalam dunia kriminal. Dalam kasus tertentu, perempuan bahkan dipaksa untuk ikut terlibat demi melindungi diri mereka atau keluarganya.

Tentu tidak semua perempuan dalam dunia kartel terlibat karena paksaan atau kebutuhan. Ada pula yang dengan sadar memilih jalur ini untuk meraih kekuasaan. Dalam masyarakat patriarkal, perempuan sering kali tidak diberi ruang untuk memimpin, tetapi dunia kartel memberikan peluang berbeda. Sosok seperti Griselda Blanco atau Sandra Ávila Beltrán menunjukkan bagaimana perempuan bisa memanfaatkan kemampuannya untuk mencapai posisi kekuasaan di lingkungan yang keras dan maskulin.

Artis Kolombia, Sofía Vergara, memerankan Griselda Blanco dalam film “Griselda” yang tayang di Netflix.

Keterlibatan perempuan dalam kartel sering kali dibentuk oleh norma gender yang ada. Perempuan dianggap “tidak mencurigakan” oleh pihak berwenang, sehingga mereka sering digunakan sebagai kurir atau pencuci uang.

Peran ini, meski terlihat kecil, adalah bagian vital dalam operasi kartel. Eksploitasi terhadap citra “lemah” perempuan ini menunjukkan bagaimana gender dimanipulasi untuk keuntungan organisasi kriminal.

Tidak dapat dipungkiri, perempuan yang terlibat dalam dunia kartel menghadapi risiko besar, baik dari dalam maupun luar organisasi. Mereka tidak hanya harus bertahan dari kekerasan fisik, tetapi juga stigma sosial. Masyarakat sering kali memandang perempuan dalam kartel dengan penilaian moral yang lebih keras dibandingkan laki-laki, meski keduanya sama-sama terlibat dalam kejahatan.

Di sisi lain, fenomena ini juga mencerminkan celah dalam struktur sosial dan ekonomi. Jika peluang yang adil untuk pendidikan, pekerjaan, dan pemberdayaan gender tersedia, mungkin lebih banyak perempuan akan terhindar dari jeratan dunia kartel. Peningkatan kesadaran gender dan akses terhadap keadilan sosial dapat menjadi kunci untuk mencegah keterlibatan perempuan dalam dunia kriminal.

Perempuan dalam dunia kartel adalah gambaran kompleksnya pilihan dan tekanan yang mereka hadapi. Mereka tidak hanya pelaku, tetapi juga korban dari sistem yang meminggirkannya. Memahami fenomena ini melalui perspektif gender adalah langkah penting untuk menciptakan solusi yang lebih adil dan manusiawi bagi perempuan di seluruh dunia.

Sepanjang sejarah, ada sejumlah perempuan yang diketahui terlibat dalam dunia kartel narkoba, baik sebagai pemimpin, anggota, atau mitra dari para tokoh penting kartel. Keterlibatan perempuan dalam kartel sering mencerminkan pergeseran peran gender dalam organisasi kriminal, dari sekadar kurir atau pasangan hingga menjadi pemimpin strategis. Namun, banyak dari mereka akhirnya terperangkap dalam kekerasan dan konflik internal yang menghancurkan hidup mereka.

Perempuan-perempuan terkenal yang terjerat dalam dunia kartel narkoba

Griselda Blanco

Foto musghot Griselda Blanco, 1997. Kredit foto: Wikipedia

Berasal dari Kolombia, ia dijuluki “The Black Widow” atau “La Madrina”. Merupakn salah satu pemimpin kartel Medellín di era 1970-an dan 1980-an, Blanco terkenal karena kekejamannya dalam menjalankan bisnis narkoba di Amerika Serikat, khususnya di Miami, selama perang narkoba di era tersebut.

Ia dianggap sebagai pelopor perdagangan kokain internasional dan terlibat dalam banyak pembunuhan untuk melindungi operasinya. Akhir hidupnya tragis. Ia dibunuh di Medellín pada 2012.

Sandra Ávila Beltrán

Sandra Avila Beltran, yang dijuluki Ratu Kartel Meksiko, ditangkap pada 2007. Kredit foto: AFP

Berasal dari Meksiko, ia mendapatkan julukan “Queen of the Pacific”. Sandra adalah tokoh penting dalam Kartel Sinaloa, dengan peran sebagai perantara perdagangan narkoba antara Kolombia dan Meksiko. Sandra terkenal karena gaya hidup mewahnya dan kemampuannya menjaga hubungan dengan berbagai kartel besar. Ia ditangkap pada 2007 atas tuduhan perdagangan narkoba dan pencucian uang, tetapi tetap menyangkal keterlibatannya. Dia dibebaskan dari penjara pada 2015 setelah menjalani sebagian hukumannya.

Claudia Ochoa Félix

claudia ochoa félix memegang senjata. Kredit: The Mirror UK

Berjuluk “Empress of Ántrax”, ia berasal dari Meksiko. Claudia diduga sebagai pemimpin kelompok pembunuh bayaran Los Ántrax yang berafiliasi dengan Kartel Sinaloa. Dia pun sering menjadi sorotan media karena foto-foto glamornya di media sosial yang menunjukkan gaya hidup mewah. Ia membantah keterlibatannya dengan kartel, tetapi dikabarkan memiliki hubungan erat dengan pemimpin Kartel Sinaloa. Claudia meninggal pada 2019 dalam keadaan misterius, diduga akibat overdosis.

Marllory Chacón Rossell

Marllory Chacón Rossell menjadi buronan polisi, 1972.

Berasal dari Guatemala, perempuan berjuluk “Queen of the South” ini merupakan pemimpin jaringan perdagangan narkoba besar yang memasok kokain dari Kolombia ke Meksiko dan Amerika Serikat. Marllory adalah salah satu tokoh utama yang berhasil mencuci uang miliaran dollar untuk kartel narkoba. Ia menyerahkan diri kepada otoritas AS pada 2014 dan bekerja sama untuk mengurangi hukumannya. Marllory dihukum 12 tahun penjara di Amerika Serikat.

Enedina Arellano Félix

Mendapatkan julukan “La Jefa” (The Boss), perempuan asal Meksiko ini memimpin Kartel Tijuana setelah saudara-saudaranya ditangkap atau dibunuh. Enedina dikenal sebagai pemimpin yang cerdas dan strategis, berfokus pada pencucian uang dan diversifikasi sumber pendapatan kartel. Ia merupakan salah satu dari sedikit perempuan yang memimpin kartel besar di Meksiko. Diduga masih aktif dalam aktivitas kartel, tetapi informasi tentang dirinya sangat terbatas.

Anjélica Rivera Hernández

Ia merupakan tokoh fiksi populer yang terinspirasi karakter seperti Teresa Mendoza dan Camila Vargas dalam “Queen of the South”. Sosoknya diadaptasi dari perempuan yang terlibat dalam dunia kartel. Meski fiksi, karakter ini sering mencerminkan kenyataan keras dalam dunia narkoba.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Prev
Arti Penting Deklarasi Djuanda bagi Kedaulatan Indonesia

Arti Penting Deklarasi Djuanda bagi Kedaulatan Indonesia

13 Desember 1957, 67 tahun lalu, Indonesia membuat sejarah lewat Deklarasi

Next
Jalan Cerita Pemakzulan Presiden Korea Selatan

Jalan Cerita Pemakzulan Presiden Korea Selatan

Parlemen Korea Selatan berhasil memakzulkan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk

You May Also Like
Total
0
Share