Kita mengenal bunga mawar sebagai simbol dari cinta dan kasih sayang. Namun, dalam tradisi politik, mawar merah mewakili sebuah identifikasi politik, yaitu sosialis.
Bagaimana ceritanya sosialisme atau gerakan sosialis menggunakan mawar merah sebagai identitasnya?
Saat revolusi Prancis, terutama revolusi kedua atau Revolusi Juli 1830, kaum sosialis mulai bendera merah sebagai ekspresi politik mereka.
Saat revolusi 1848, yang meruntuhkan monarki, kaum sosialis mengusulkan agar bendera merah diadopsi sebagai bendera republik. Tetapi usul ditolak.
Sebagai gantinya, kaum sosialis mulai menggunakan hiasan kain berbentuk mawar berwarna merah yang ditempel di dada atau jas.
Pada revolusi 1871, yang melahirkan komune Paris, kaum sosialis makin melekat dengan bendera merah. Sejak itulah bendera merah tersebar sebagai simbol sosialis.
Di Jerman, pada 1878, demi menangkal menguatnya pengaruh sosialis, Bismarck mengeluarkan undang-undang anti-sosialis. Simbol-simbol sosialis dilarang, termasuk bendera merah. Sebagai gantinya mereka memakai mawar merah.
Para sosialis pelarian dari Jerman kemudian menyebarkan simbol mawar merah ke berbagai penjuru Eropa dan Amerika.
Johann Most, seorang sosialis Jerman, mengenakan mawar merah saat berorasi mendukung para aktivis yang ditangkap karena terkait peristiwa kerusuhan Haymarket 1886.
Memasuki 1900-an, karena adanya pertautan antara gerakan kelas pekerja dan gerakan menuntut hak pilih perempuan (suffragist), mawar pun mulai diadopsi pergerakan perempuan.
Helen Todd, seorang aktivis buruh sekaligus pejuang hak pilih perempuan, menyampaikan orasinya yang terkenal: “kita butuh roti, tetapi kita juga butuh mawar.”
Mawar di sini diartikan sebagai warna-warni kehidupan, seperti pendidikan, musik, buku, dan hak pilih. Slogan “roti dan mawar (bread and roses)” pun mulai populer.
Pada 1911, James Oppenheim, seorang penyair dan penulis novel Amerika Serikat, terinspirasi oleh frase dari orasi Helen Todd itu. Dia menerjemahkan frase itu ke dalam puisi berjudul “Bread and Roses”. Puisi itu terbit di American Magazine pada Desember 1911.
Pasca perang dunia kedua, mawar merah semakin identik dengan gerakan sosialis dan sosial-demokrat. Mawar merah digabungkan dengan tangan terkepal. Ini sekaligus menjadi simbol solidaritas dan perlawanan, yang mulai populer di kalangan kiri Jerman pada 1920-an dan kaum Republikan dalam perang sipil Spanyol 1930-an.
Pada 1971, Partai Sosialis (PS) Prancis resmi mengadopsi logo tangan terkepal dan menggenggam mawar merah sebagai simbol partai. Sosialis Spanyol (PSOE) juga melakukan hal serupa.
Partai Sosial Demokrat (SPD) di Jerman juga mulai memakai mawar merah pada 1970-an. Pada 1991, mawar merah resmi menjadi logo partai.
Akhir 1980-an, partai Buruh Inggris juga mengganti simbol mereka dari bendera merah menjadi mawar merah. Bahkan, pada 1990-an, di bawah Tony Blair, mawar merah menjadi simbol resmi.
Di Amerika Serikat, Democratic Socialist of America (DSA) juga mengadopsi simbol mawar merah. Partai yang naik daun sejak era Bernie Sanders maju pencapresan ini aktif membagikan emoji mawar merah sebagai simbol sosialis di media sosial.
Di Indonesia, ada partai yang menggunakan mawar merah: Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Namun, memeriksa nilai-nilai, mekanisme internal organisasi, sepak terjang politik, dan berbagai manuver politiknya, partai ini sangat jauh dari nilai-nilai sosialisme. Meskipun berisikan banyak anak muda, dengan jargon anak muda, membela pluralisme, dan anti-korupsi, partai ini lebih condong ke sentralisme-feodalistik dan konservatif.