Hana-Rawhiti Maipi-Clarke mencuri perhatian dunia setelah videonya sedang menari Haka saat sidang parlemen viral di media sosial.
Dalam video itu, sebagai ekspresi kecewa, ia merobek draft rancangan undang-undang yang diprotesnya. Setelah itu, ia menuju ke tengah ruang sidang sambil menari Haka. Sebagian anggota parlemen lainnya juga ikut menari Haka.
Hana-Rawhiti adalah wajah baru dalam politik Selandia Baru. Ia anggota parlemen termuda dalam sejarah modern negara itu. Di usia 22 tahun, ia membawa angin segar ke dunia politik dengan misi besar: melindungi hak-hak Māori, mempromosikan budaya, dan memperjuangkan keadilan untuk kaum marginal.
Berdarah pejuang
Hana bukan sekadar politisi muda. Ia mewarisi semangat juang dari keluarganya yang dikenal vokal memperjuangkan hak-hak Māori. Salah satu leluhurnya, Wiremu Katene, tercatat sebagai menteri Māori pertama di Selandia Baru pada 1872. Nenek buyutnya, Hana Te Hemara, adalah tokoh penting di balik pengajuan petisi bahasa Māori ke parlemen pada 1972, yang menjadi titik penting dalam pengakuan resmi bahasa tersebut.
Kakeknya, Taitimu Maipi, bahkan dikenal berani melawan simbol kolonialisme. Pada 2018, ia memprotes dengan merusak patung Kapten John Hamilton—sosok yang namanya menjadi nama Kota Hamilton—sebagai kritik atas sejarah kelam penjajahan terhadap Māori.
Aktivitas sosial
Hana berasal dari Huntly, sebuah kota kecil di antara Auckland dan Hamilton. Di sana, ia mengelola māra kai atau kebun komunitas Māori, yang mengajarkan anak-anak bercocok tanam sesuai kalender lunar tradisional, maramataka. Kebun ini tidak hanya menyediakan makanan, tetapi juga menjadi media edukasi budaya yang memperkuat hubungan masyarakat dengan alam.
Selain mengelola kebun, Hana adalah penulis buku yang mendorong kaum muda untuk mempelajari pola alam, seperti bintang dan bulan, sebagai cara untuk menyembuhkan diri dan terhubung kembali dengan warisan leluhur.
Kampanye yang kreatif
Sebagai politisi muda, Hana sangat memahami pentingnya komunikasi lintas generasi. Ia aktif di media sosial, dengan memiliki lebih dari 20.000 pengikut di Instagram dan 18.500 di TikTok. Di platform tersebut, Hana menyampaikan isu-isu penting dengan cara yang mudah dipahami, membangun kesadaran politik di kalangan generasi muda.
Namun, Hana juga menyadari nilai penting interaksi langsung. Selama kampanye pemilu, ia meluangkan waktu untuk bertemu langsung dengan komunitas, terutama generasi yang lebih tua. “Saya seperti menjalankan dua kampanye dengan strategi berbeda. Media sosial untuk generasi muda, dan tatap muka untuk generasi tua. Keduanya sama pentingnya,” jelas Hana.
Kemenangan mengejutkan
Kemenangan Hana di daerah pemilihan Hauraki-Waikato mengejutkan banyak pihak. Ia berhasil mengalahkan Nanaia Mahuta, salah satu politisi Māori paling senior yang telah memegang kursi tersebut selama 20 tahun. Mahuta bahkan tidak mendaftar sebagai anggota parlemen dari daftar partai, sehingga kehilangan kursinya benar-benar mengakhiri karier politiknya setelah 27 tahun.
Keberhasilan Hana juga mencerminkan perubahan demografi. Sekitar 75 persen populasi Māori berusia di bawah 40 tahun, dan usia rata-rata di Hauraki-Waikato adalah 23 tahun. Generasi muda Māori kini semakin terdengar, terutama mereka yang dibesarkan dalam pendidikan berbasis bahasa dan budaya Māori.
Perjuangan di parlemen
Setelah terpilih, Hana langsung menunjukkan keberaniannya. Salah satu momen yang paling mencuri perhatian adalah ketika ia memimpin tarian Haka di parlemen sebagai protes terhadap RUU Prinsip Perjanjian (Treaty Principles Bill). Ia bahkan merobek salinan RUU tersebut sebagai simbol perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap dapat merugikan hak-hak Māori.
RUU yang didukung oleh partai koalisi pemerintahan konservatif itu dinilai banyak pihak sebagai langkah mundur dalam hubungan Selandia Baru dengan masyarakat adatnya. Demonstrasi besar-besaran terjadi, dengan puluhan ribu orang—baik Māori maupun non-Māori—turun ke jalan membawa bendera Māori dan menyerukan agar RUU tersebut ditolak.
Tantangan sebagai politisi muda
Menjadi wajah baru di politik membawa tantangan tersendiri. Hana menghadapi ancaman dan intimidasi selama kampanye, termasuk serangan ke rumahnya. Meski begitu, ia tetap tegar dan mendapat dukungan dari komunitasnya.
Pada Agustus, survei menunjukkan bahwa Hana masuk dalam daftar pendek kandidat “Perdana Menteri Pilihan” versi publik, meskipun posisinya masih jauh dari kenyataan. Hal ini mencerminkan harapan besar masyarakat kepadanya di masa depan.
Generasi baru pemimpin Māori
Hana adalah representasi dari generasi Māori yang bangkit dengan keyakinan kuat pada identitas budaya mereka. Ia menekankan pentingnya menjaga budaya dan bahasa agar tidak punah. “Kalau ada yang keberatan dengan upaya kita melestarikan budaya, itu masalah mereka. Kita hanya berusaha memastikan warisan ini tidak hilang,” katanya.
Dengan semangatnya yang tak tergoyahkan, Hana membuktikan bahwa usia muda bukan penghalang untuk membawa perubahan besar. Ia adalah simbol harapan bagi masyarakat Māori dan generasi muda Selandia Baru, membawa suara-suara yang selama ini kurang terdengar ke pusat pengambilan keputusan.
Hana-Rawhiti Maipi-Clarke menunjukkan bahwa perjuangan untuk keadilan, budaya, dan keberlanjutan adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih baik bagi semua. Selandia Baru kini memiliki pemimpin muda yang tak hanya berbicara, tetapi juga bertindak demi perubahan nyata.
DNA moyang masih hidup